Komunikasi Buruk Ekonomi Aceh Terpuruk, ISKI Aceh Gelar Seminar Strategi Berkomunikasi

ISKI Aceh bekerja sama dengan UIN Ar-Raniry menggelar seminar strategi komunikasi dalam menunjang pembangunan di Aceh dengan tema "Komunikasi Buruk Ekonomi Terpuruk", Rabu (27/9) di aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry

BANDA ACEH — Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Aceh bekerja sama dengan UIN Ar-Raniry menggelar seminar tentang strategi komunikasi dalam menunjang pembangunan di Aceh dengan tema “Komunikasi Buruk Ekonomi Terpuruk”.

Kegiatan ini dilaksanakan Rabu (27/9/2023) di aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry, dari pukul 09.00 sampai selesai.

Ketua ISKI Aceh Dr Hamdani M Syam MA dalam sambutannya menjelaskan maksud tema seminar ini.

Ia mengaku, tema tersebut diangkat setelah melihat kondisi Aceh pada masa sekarang, dimana Aceh mendapatkan julukan daerah termiskin di Sumatera.

Ia juga menyebut salah satu indikator yang mempengaruhi kondisi tersebut karena adanya komunikasi yang tidak berjalan dengan baik.

“Eksekutif dan legislatif memiliki komunikasi yang tidak jalan sehingga juga dapat berpengaruh pada output pembangunan,” kata Hamdani.

Pada seminar strategi komunikasi dalam menunjang pembangunan di Aceh ini, ISKI Aceh menghadirkan 5 narasumber yang memberikan materi.

Di antaranya Rektor UIN Ar-Raniry Prof Dr Mujiburahman MAg, mantan Juru Bicara GAM Sofyan Dawood, Kepala SKK Migas Perwakilan Kalimantan Sulawesi Azhari Idris, Kepala Divisi Akuntansi, Perpajakan dan Manajemen Risiko BPMA Nasri dan Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Dr A Rani Usman MSi.

Masing-masing narasumber memberikan materi yang berkaitan dengan tema seminar, seperti, menciptakan sinergitas stakeholder, mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, peran komunikasi pada sektor migas dalam pembangunan perekonomian Aceh dan model agenda setting (agenda media, agenda publik, agenda kebijakan, Walter Lippmann, 1920).

Para narasumber mengajak, membuka dan mengubah pola pikir mahasiswa untuk tidak menutup mata dengan kondisi Aceh saat ini, mereka membandingkan kemajuan daerah Aceh dengan daerah-daerah lainnya yang memiliki ekonomi baik, agar masyarakat Aceh sadar akan buruknya dampak dari proses komunikasi yang buruk pula.

Salah satu penyebab buruknya ekonomi di Aceh adalah kurangnya kerja sama dengan daerah-daerah lain. Contohnya seperti pengelolaan Migas.

“SKK Migas awalnya mengelola Migas dari Aceh sampai ke Papua, namun di tahun 2015 tanggal 15 Mei, masyarakat Aceh mengatakan, pengelolaan Migas dimulai dari Sumatera Utara sampai Papua, yang artinya Aceh akan mengambil alih sendiri,” kata Azhari Idris.

Sofyan Dawood menambahkan, apabila komunikasi tidak dilakukan dengan baik, maka hal itu tidak menghasilkan sesuatu yang baik pula, begitu juga dalam dunia politik.

Dengan itu ia berharap agar mahasiswa di Aceh dapat berdiskusi tentang bagaimana dan melihat kondisi Aceh saat ini dengan komunikasi serta bahasa-bahasa yang santun. (IA)

Tutup