Infoacehnet

Portal Berita dan Informasi Aceh

Kulit Jokowi Berubah, Dokter Jelaskan Gejala Alergi dan Perbedaannya dengan SJS

SJS merupakan penyakit langka sekaligus serius yang menyerang kulit dan selaput lendir manusia, meliputi mulut, hidung, mata, dan alat kelamin, dengan tingkat kematian sekitar 10 persen akibat komplikasi seperti pneumonia, sepsis, dan kegagalan organ. Sindrom yang pertama kali dijelaskan oleh dokter Albert Mason Stevens dan Frank Johnson pada tahun 1922 ini umumnya dipicu oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan, seperti antibiotik, obat anti-kejang, pereda nyeri, serta obat asam urat, atau infeksi virus seperti influenza, HIV, hepatitis, dan gondongan.

Infoaceh.net – Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) tengah menjalani masa pemulihan dari alergi kulit yang dialaminya setelah kunjungan ke Vatikan pada 26 April 2025.

Ajudan Jokowi, Komisaris Polisi Syarif Fitriansyah, memberikan klarifikasi terkait kondisi kesehatan mantan presiden tersebut di kediamannya di Solo, Jawa Tengah, pada Minggu (22/6/2025).

“Kondisi Bapak membaik, sedang proses pemulihan. Kalau memang secara visual kita bisa lihat kulit Bapak memang agak berubah. Secara fisik oke, beliau tidak ada masalah. Beliau sangat-sangat sehat walafiat,” ungkap Syarif.

Syarif juga menegaskan bahwa tidak ada penyakit lain yang diderita Jokowi selain alergi tersebut. Ia menjelaskan, secara medis dokter telah menyampaikan bahwa alergi yang dialami Jokowi menyebabkan peradangan, namun proses pemulihannya saat ini sangat membaik.

Perubahan kondisi kulit Jokowi terlihat jelas di area wajah dan leher dengan munculnya ruam serta pembengkakan wajah, yang masih tampak samar hingga perayaan ulang tahun ke-64 pada Kamis (21/6/2025).

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Jokowi tidak melayani permintaan foto bersama dan hanya berada sebentar di ambang pagar rumah sebelum kembali masuk.

Spekulasi mengenai kondisi kesehatan Jokowi sempat mencuat dengan dugaan bahwa ia menderita penyakit langka Stevens Johnson Syndrome (SJS). Namun, hal ini tegas dibantah oleh Kompol Syarif Fitriansyah pada Kamis (5/6/2025).

“Wah, hoaks itu, tidak benar itu,” tandas Syarif ketika menampik kabar tersebut.

SJS merupakan penyakit langka sekaligus serius yang menyerang kulit dan selaput lendir manusia, meliputi mulut, hidung, mata, dan alat kelamin, dengan tingkat kematian sekitar 10 persen akibat komplikasi seperti pneumonia, sepsis, dan kegagalan organ.

Sindrom yang pertama kali dijelaskan oleh dokter Albert Mason Stevens dan Frank Johnson pada tahun 1922 ini umumnya dipicu oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan, seperti antibiotik, obat anti-kejang, pereda nyeri, serta obat asam urat, atau infeksi virus seperti influenza, HIV, hepatitis, dan gondongan.

Gejala awal SJS menyerupai flu biasa dengan demam tinggi, batuk, mata terasa panas, nyeri tenggorokan, dan kelelahan.

Namun, kondisi ini kemudian dapat berkembang menjadi ruam kemerahan yang menyebar cepat, melepuh pada berbagai area tubuh, hingga pengelupasan kulit. Kondisi ini memerlukan rawat inap dan perawatan intensif karena dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai alergi kulit, spesialis dermatologi Dr. dr. I Gusti Nyoman Darmaputra, Sp.DVE, Subsp.OBK, FINSDV, FAADV, menjelaskan bahwa alergi kulit merupakan reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang seharusnya tidak berbahaya.

“Jadi, peradangan itu adalah respons tubuh yang ‘overprotektif’,” ucapnya.

Dr. Darmaputra menambahkan bahwa reaksi alergi dapat memicu gejala seperti kemerahan, bengkak, dan gatal akibat pelepasan senyawa histamin.

Beberapa jenis alergi kulit yang umum terjadi antara lain urtikaria (biduran) dengan bentol-bentol merah yang timbul-tenggelam, dermatitis kontak alergi berupa ruam merah di area yang terkena alergen langsung, erupsi makulopapular dengan bintik-bintik kecil menyebar akibat reaksi obat, dan eksim atopik sebagai kondisi kronis dengan kulit kering dan gatal.

Khusus untuk alergi di wajah, Dr. Darmaputra menjelaskan bahwa penyebab paling umum adalah dermatitis kontak alergik dari bahan kosmetik, sunscreen, sabun muka, atau masker wajah, dengan kulit wajah yang lebih sensitif sehingga gejala cenderung lebih cepat terlihat dan mengganggu secara estetis.

Senada dengan hal tersebut, spesialis kulit dr. Ruri D. Pamela, Sp.DVE, FINSDV, menyebutkan berbagai pemicu alergi kulit meliputi kontak langsung dengan logam, lateks, kosmetik, makanan atau obat-obatan, serta faktor lingkungan seperti debu, serbuk sari, gigitan serangga, dan cuaca ekstrem.

“Saat terkena alergen, tubuh akan melepaskan histamin dan zat kimia lain yang menyebabkan radang,” jelas dr. Ruri.

Waktu pemulihan biasanya berlangsung beberapa hari hingga satu minggu untuk kasus ringan yang segera ditangani, namun bisa lebih lama jika pemicunya terus digunakan atau terjadi komplikasi.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Lainnya

Insiden Tamparan Berujung Damai, Dimas Anggara Minta Maaf ke Kiesha Alvaro hingga Pasha Ungu
KPK Temukan Senjata Api saat Geledah Rumah Terkait Kasus Korupsi ASDP
DPR Dianggap Masuk Angin soal Surat Pemakzulan Gibran
Plt Sekda Aceh, M. Nasir Syamaun melantik lima Komisioner Komisi Informasi Aceh, di Gedung Serbaguna Kantor Gubernur Aceh, Selasa (24/6/2025). (Foto: Ist)
Wagub Aceh, Fadlullah bersama Ketua DPRA Zulfadli menyerahkan usulan revisi UUPA kepada Badan Legislasi DPR RI, Selasa, 24 Juni 2025.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Banda Aceh, Gindo Ginting didampingi Perwakilan Kodam IM dan BAIS memperlihatkan barang bukti 2 WNA asal Pakistan dan Malaysia yang diamankan karena melanggar aturan Keimigrasian, pada konferensi pers, Selasa (24/6). (Foto: Dok. Infoaceh.net)
Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKB Usman Husin
Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Bahtra Banong
Pasha Ungu Cari Dimas Anggara, Minta Klarfikasi Usai Diduga Tantang Anaknya Berkelahi
Perang Pakai Proksi Tanpa Harus Mengorbankan Prajuritnya
Yayasan Kemanusiaan Madani Indonesia (YKMI), didukung oleh Muslim Aid, menggelar kegiatan Lesson Learned Program Penguatan Kualitas Pendidikan di Aceh Tahap Keempat Tahun 2024–2025, Selasa (24/6/2025), di Aula Lantai 5 Hotel Rasamala, Banda Aceh.
Arab Saudi Kecam Keras Serangan Iran terhadap Qatar: Pelanggaran Prinsip Bertetangga
90 Ribu Jemaah Haji Indonesia Belum Bisa Pulang Imbas Konflik Timteng
Putra Mahkota Reza Pahlavi Setujui Pergantian Rezim di Tengah Perang Iran–Israel, Musuh dalam Selimut?
Gempa 6,3 Magnitudo Guncang Filipina Selatan

Gempa 6,3 Magnitudo Guncang Filipina Selatan

Luar Negeri
Mengapa Kulit Jokowi Berubah? Dokter Jelaskan Perbedaan Alergi Biasa dan Penyakit Langka
Harga Minyak Dunia Terancam, Trump Peringatkan Produsen AS: Bor Sekarang!
Iran Serang Pangkalan Militer AS, Qatar Marah-marah dan Janjikan Pembalasan
Aneh, Patung Jokowi di Tanah Karo Disebut Mirip dengan Wajah Pak Jokowi saat Sakit
75 Orang Diciduk Polisi saat Nikmati Pesta Gay
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Enable Notifications OK No thanks