Mahasiswa Aceh Tengah Tolak Hymne Aceh Dinyanyikan di Wilayah Gayo
Infoaceh.net, Takengon — Puluhan massa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Gayo (GMG) menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah, di Takengon.
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes dan menolak hymne Aceh dinyanyikan pada acara-acara pemerintahan di wilayah mereka.
Dalam Aksinya para mahasiswa meminta lembaga pemerintah yang telah menyayikan lagu hymne Aceh untuk meminta maaf karena telah melukai adat Gayo yang mana memiliki hymne bangsanya sendiri.
Selain mendesak lembaga pemerintah untuk meminta maaf, para mahasiwa juga menuding Majelis Adat Gayo tidak bekerja maksimal sehingga tidak mampu menjaga adat Gayo.
Korlap Aksi Afdhalal Gifari Munthe, mengatakan, ada beberapa tuntutan utama dalam aksi yang mereka sampaikan.
1. Meminta Pemerintah Daerah Aceh Tengah menolak hymne Aceh, karena Gayo memiliki hymne sendiri.
2. Menolak hymne Aceh dikumandangkan di dalam Kabupaten Aceh Tengah.
3. Mewajibkan seluruh sekolah di Kabupaten Aceh Tengah mengumandangkan hymne Gayo dalam upacara bendera.
4. Meminta pemerintah daerah membuat qanun yang mewajibkan penggunaan bahasa Gayo di instansi pemerintahan Aceh Tengah minimal sehari dalam sepekan
Mahasiswa juga meminta lembaga pemerintah yang telah menyayikan lagu hymne Aceh untuk minta maaf serta melakukan evaluasi terhadap Majelis Adat Gayo yang dianggap tidak mampu menjaga adat Gayo.
“Kita minta lembaga pemerintah yang telah menyayikan hymne Aceh untuk minta maaf, karena telah melanggar hukum ada Gayo,” kata Afdhalal, Kamis (16/5/2024).
Afdhalal mengaku, pihaknya semakin kecewa, sebab dalam setiap acara seremoni pemerintahan di Kabupaten Aceh Tengah, bahkan hymne Gayo tidak pernah dinyanyikan.
“Kami minta hymne Gayo dan pakaian adat harus diterapkan pada setiap acara pemerintah hingga ke sekolah- sekolah,” tegasnya.
Dilansir dari tvOnenews, aksi mahasiswa nyaris ricuh, setelah sempat saling dorong dengan pihak kepolisian Polres Aceh Tengah, setelah para mahasiswa mencoba masuk ke dalam gedung dewan setempat.
Massa datang dengan menggunakan mobil komando, membawa atribut serta bendera Kerajaan Linge, dan mengumandangkan lagu Tawar Sedenge, yang merupakan lagu wajib di Aceh Tengah.
Usai membakar ban bekas para mahasiwa membubarkan diri, dengan janji akan kembali mengelar aksi.
“Jika tuntutan kami tidak diindahkan, maka kami akan kembali,” pungkasnya. (WAR)