‘Permainan Abu Nawas’ di Isu Pemakzulan Wapres Gibran: Siapa bakal Terjerumus?
Infoaceh.net – Pengamat geopolitik dan intelijen Amir Hamzah menyoroti isu pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang kembali mencuat ke ruang publik setelah Forum Purnawirawan Prajurit TNI yang dimotori oleh mantan Wakil Presiden Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno melayangkan surat resmi kepada DPR.
Bahwa dalam surat tersebut, mereka mendesak agar DPR memulai proses pemakzulan Gibran atas dugaan pelanggaran etika dan konstitusi. Amir Hamzah menilai bahwa dinamika ini sarat dengan permainan Politik tingkat tinggi. Ia menyebutnya sebagai “permainan Abu Nawas”, yaitu manuver yang tampak ingin membongkar kebenaran, namun justru bisa menjerumuskan siapa pun yang terlibat bila tidak cermat membaca arah angin politik.
“Kalau DPR benar-benar ingin menanggapi serius surat dari Forum Purnawirawan Prajurit TNI itu, secara hukum administrasi surat tersebut sudah memenuhi unsur formal. Tapi ini bukan hanya soal hukum atau konstitusi, melainkan tentang konstelasi kekuasaan yang sedang tarik-menarik. Ada kekuatan besar di balik layar yang jelas tidak menginginkan Gibran dimakzulkan,” kata Amir Hamzah, Senin (7/7/2025).
Situasi menjadi lebih rumit karena dalam waktu hampir bersamaan, beredar juga surat dari kelompok purnawirawan lainnya yang justru menyatakan tidak setuju dengan upaya pemakzulan terhadap Gibran.
Mereka menyebut gerakan pemakzulan sebagai inkonstitusional dan sarat kepentingan politik praktis. Kontrasnya dua sikap dari kelompok purnawirawan ini memunculkan pertanyaan: siapa sebenarnya yang berbicara atas nama Purnawirawan TNI?
“Dua suara ini seperti pantulan dari konflik elite yang belum selesai. Jangan lupa, di tubuh TNI sendiri masih banyak yang loyal pada garis kebijakan lama dan ada pula yang mendekat ke poros kekuasaan baru.”
“DPR harus sangat berhati-hati dalam menyikapi ini. Jika salah langkah, justru bisa memantik instabilitas yang lebih besar,” lanjut Amir.
Pengaruh pernyataan dari para purnawirawan TNI tentu tak bisa dianggap remeh. Dalam sejarah Indonesia, suara purnawirawan kerap menjadi bayangan politik yang mempengaruhi barisan aktif di lapangan.