Saintis Tak Mati-mati
Faktanya, program nuklir Iran tetap jalan terus. Tak ada kamus berhenti, sebab negara lain juga tak berhenti. Para saintis mereka banyak, pasti lebih dari 25 orang. Jadi, membunuh dua saintis mereka tak ubahnya seperti memotong satu kabel USB di kantor Google. Besoknya, ada 50 kabel baru yang muncul —dan lebih cepat, lebih aman, lebih efisien.
Strategi “serang otak, bukan bom” ini sudah tua dan usang. Bahkan sejak era Perang Dunia II, Sekutu sudah mencoba membunuh Werner Heisenberg — ilmuwan Jerman yang dicurigai jadi otak bom atom Nazi. Tapi bahkan Moe Berg, agen OSS yang disuruh menembaknya, memutuskan tidak jadi menembak.
Moe Berg beralasan, ia tak yakin apakah Heisenberg benar-benar membuat bom. Dia masih pakai akal sehat, dengan menelusuri fakta-fakta yang dituduhkan kepada target. Hasil akhirnya? Nazi sendiri tak pernah pakai bom. Justru bom atom Amerika Serikat yang kemudian menghanguskan Hiroshima dan Nagasaki.
Jadi, siapa yang berhenti? Tidak ada. Malahan Amerika yang tampil. Yang menarik, jika tujuan utama pembunuhan saintis adalah menghentikan proliferasi senjata nuklir, maka dunia adalah saksi kegagalan monumental strategi ini. Serangan Israel terhadap Iran hanya akan mempercepat kehancuran mereka sendiri.
Lagi pula, Iran bukan satu-satunya negara yang bikin dunia deg-degan. Di Asia saja, ada India dan Pakistan yang punya senjata nuklir, dan dua negara ini saling melotot di atas garis Kashmir seperti dua kucing lapar di dapur sempit. Korea Utara? Punya senjata nuklir, parade misil, dan kadang meluncurkan roket seperti main petasan tahun baru.
Israel sendiri? Tidak pernah secara resmi mengakui. Istilahnya: “Saya tak punya, tapi jangan coba-coba!” Diperkirakan, Israel punya 90+ hulu ledak nuklir. Bahkan, sebanyak 200 senjata nuklir pernah dilaporkan berada dalam persenjataan mereka.
Bagaimana dengan Rusia, AS, Tiongkok, Prancis, Inggris? Mereka ini klub elit yang bukan cuma punya bom atom, tapi punya langganan perawatan dan upgrade tahunan. Bahkan US Nuclear Posture Review 2022 mengisyaratkan modernisasi arsenal nuklir — karena tampaknya bom nuklir tahun 80-an sudah tak sesuai tren.