Selalu Lolos Percobaan Pembunuhan, Lengan Kanan Lumpuh
Infoaceh.net – Banyak upaya pembunuhan terhadap Ali Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi Iran.
Belakangan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengungkap misi membunuh Ali Khamenei adalah cara yang pas untuk mengakhiri perang Iran vs Israel.
Namun, rencana tersebut ditentang Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dengan berbagai alasan.
Bukan kali ini saja Ayatollah Ali Khamenei menjadi target pembunuhan.
Ia bahkan memberanikan diri untuk memimpin salat Jumat pertamanya sejak 2020 setelah hampir lima tahun bersembunyi, dikutip dari India Today.
Dengan senapan di sampingnya, Khamenei tampil di depan publik pada hari Jumat, menyampaikan khotbah salat Jumat pertamanya dalam hampir lima tahun.
Pidatonya disampaikan setelah serangan rudal terbaru Iran terhadap Israel, yang ia gambarkan sebagai “hukuman yang sah” atas “kejahatan Israel”.
Dalam pidatonya, Khamenei menekankan, perlawanan Iran terhadap Israel tidak akan goyah, bahkan dalam menghadapi pembunuhan yang disengaja terhadap para pemimpinnya.
“Jika diperlukan, Iran akan menyerang ‘Palestina yang diduduki’ lagi,” katanya, yang menandakan sikap garis keras yang berkelanjutan di wilayah tersebut.
Pidato tersebut penting karena Khamenei tidak pernah salat Jumat sejak ada laporan ia ditahan di tempat yang aman karena khawatir akan operasi Israel yang menargetkannya.
Khamenei telah menghadapi banyak upaya pembunuhan sepanjang karier politiknya, khususnya selama tahun-tahun penuh gejolak setelah Revolusi Islam pada 1979.
Berikut adalah sejarah singkat dari upaya pembunuhan paling terkenal yang pernah dilakukan terhadapnya.
15 Maret 1985: Bom bunuh diri saat salat Jumat di Teheran
Seorang pengebom bunuh diri menargetkan jemaah saat Khamenei menyampaikan khotbah.
Meskipun terjadi ledakan, Khamenei tidak terluka, dan sebagai bentuk perlawanan yang signifikan, ia melanjutkan pidatonya.
Serangan itu dikaitkan dengan kelompok oposisi selama periode penuh gejolak dalam Politik Iran.
Serangan ini penting karena terjadi selama perang Iran-Irak, saat Iran berada di bawah tekanan internal dan eksternal yang besar.