Sikap Rela Berkorban Mulai Langka di Tengah Umat Islam
Dia mengajurkan, bagi calon pengantin perlu meluruskan naiwaitu (niat) dalam melangsung perkawinan. Tidak hanya melampiaskan hawa nafsunya semata, tetapi pasangan suami istri harus memiliki satu visi bagaimana akan lahir anak yang saleh dari pernikahan yang mereka langsungkan.
“Inilah pasangan yang memiliki orientasi masa depan. Bila hanya tertumpu nafsu, maka nyaris keluarga tersebut minus visi dalam membangun rumah tangga,” tegasnya lagi.
Ustaz Akhyar menguraikan hikmah berikutnya dari kisah Ibrahim AS adalah adanya asas musyawarah dalam kehidupan keluarga, yang dalam kehidupan sosial kemasyarakat perlu menjadi acuan bersama. Inilah yang dipraktikkan oleh Nabi Ibrahim AS dengan putranya Ismail, sebab meskipun pun Ibrahim mendapat titah dari Allah untuk menyembelih Ismail, namun ia tidak arogan dan kasar.
Ibrahim berdialog dan berdiskusi dengan anaknya, meskipun perintahnya telah jelas sesuai dengan yang diceritakan dalam Surah As-Shaffat ayat 99-105, “Wahai anakku, aku diperintah untuk menyembelihmu, bagaiman pendapatmu? Lalu Ibrahim menjawab, wahai ayahanda silahkan engkau kerjakan apa yang telah diperintah Allah, insya Allah ayah akan mendapati saya menjadi bahagian dari orang-orang yang sabar.”
Demikian pula kata Ustaz Akhyar, masalah narkoba, pergaulan bebas, HIV Aids, serta game online yang marak digandrungi generasi muda, perlu duduk bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk mencari solusi yang konprehensip.
“Mari kita rangkul anak-anak kita dan kita tanyakan apa keinginan mereka, agar generasi hari ini muncul Ismail di era milineal,” pungkas Ustaz Akhyar. (IA)