Tanpa Stairlift, Macron Tunjukkan Hormat pada Budaya Borobudur
Infoaceh.net – Presiden RI Prabowo Subianto bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakhiri kunjungan kenegaraan mereka di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis (29/5/2025) sore. Kedua kepala negara berada di situs warisan dunia UNESCO itu selama kurang lebih satu jam, dan meninggalkan lokasi sekitar pukul 15.15 WIB.
Kehadiran Presiden Macron dan Prabowo mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak, termasuk dari Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi). Ketua Umum Permabudhi, Prof Philip Wijaya, menyebut kunjungan tersebut bukan sekadar seremoni diplomatik, tetapi merupakan momen penting dalam diplomasi budaya dan spiritual Indonesia.
“Seorang presiden dari negara Eropa datang langsung ke Borobudur, tentu ini bukan hal biasa. Ini mencerminkan pengakuan internasional terhadap nilai budaya dan spiritual situs ini,” ujar Philip kepada wartawan.
Menurut Philip, momen ini menjadi peluang besar untuk menampilkan Borobudur di panggung dunia secara nyata.
Menariknya, Presiden Macron disebut menolak menggunakan stairlift yang disediakan panitia dan lebih memilih berjalan kaki menaiki anak tangga menuju puncak candi. Philip menyebut keputusan ini mencerminkan penghormatan Macron terhadap nilai spiritual dan tradisi lokal.
“Presiden Prancis rupanya tidak mau naik, (lebih memilih) jalan kaki. Itu simbol kesungguhan dan rasa hormat beliau terhadap budaya Indonesia,” ungkap Philip.
Terkait pemasangan stairlift yang sempat menuai pro dan kontra, Philip menjelaskan bahwa fasilitas tersebut bersifat sementara dan tidak merusak struktur candi. Pemerintah, lanjutnya, telah memastikan seluruh proses dilakukan sesuai dengan rekomendasi UNESCO.
“Kami di Permabudhi menyikapi ini dengan terbuka dan positif. Pemerintah sudah sangat hati-hati dan bertindak berdasarkan kajian matang,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Permabudhi juga menyampaikan harapan agar catra atau mahkota stupa utama Borobudur yang kini disimpan di Museum Borobudur dapat dikembalikan ke posisi semula. Menurut Philip, pengembalian catra akan memperkuat nilai spiritual candi bagi umat Buddha serta meningkatkan daya tarik bagi peziarah dan peneliti dari seluruh dunia.
“Catra itu bukan sekadar elemen arsitektur, tapi lambang kesempurnaan spiritual. Kalau lengkap, auranya pun terasa utuh,” kata Philip.
Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah berdiskusi dengan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengenai usulan tersebut.
“Moga-moga dalam waktu dekat catra bisa dinaikkan kembali,” tambahnya.
Permabudhi berharap Borobudur dapat terus menjadi magnet spiritual dunia, pusat dialog antarperadaban, dan simbol kejayaan masa lalu yang memberi inspirasi bagi masa depan Indonesia.