Covid-19 di Aceh Masih Terkendali, Ibadah Ramadan Jalan Terus
Jamaah salat Tarawih memadati Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh pada bulan Ramadan 1441 H di tengah pandemi Covid-19.
Banda Aceh — Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh, Tgk H Faisal Ali menilai penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) di Aceh saat ini masih dalam kondisi terkendali.
Karenanya, umat Islam dalam menjalankan ibadah terutama di bulan Ramadan 1441 H saat ini masih dapat dilakukan seperti biasa, dengan tidak menafikan penggunaan masker kain sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19.
Hal itu disampaikan Faisal Ali pada seminar online “Menjaga Aceh dari Covid 19; Pandangan Cendikiawan Muslim dan Kebijakan Pemerintah” yang digelar Pusat Riset Bencana Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) sebagai bagian dari Satgas Covid-19 Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Selasa (28/4).
Kegiatan seminar ini berlangsung tiga jam yang diikuti ratusan peserta dari berbagai latar belakang dan instansi.
Selain Wakil Ketua MPU Aceh, seminar online ini juga menghadirkan pemateri lain dr. Hanif (Kepala Dinas Kesehatan Aceh) dan dr. Ichsan, M.Sc (Peneliti TDMRC/Dosen Unsyiah).
Meski masih terkendali, Tgk Faisal Ali berharap pemerintah dapat menetapkan status daerah jika terjadi perkembangan terbaru. Penetapan status ini menurutnya menjadi penting sebab terkait dengan tata cara pelaksanaan ibadah.
Jika Covid-19 semakin mewabah besar, maka tata cara pelaksanaan ibadah dapat dilakukan layaknya di Jakarta atau daerah zona merah penularan Covid-19 lainnya di Tanah Air.
Faisal Ali menilai saat ini di Aceh, antara kehidupan sosial dan penerapan konteks peribadatan tidak sejalan, seperti pelaksanaan jarak satu meter dalam saf salat. Hal ini dikarenakan belum ada penetapan status yang jelas dari pemerintah.
“Pelaksanaan ibadah akan mengikuti bagaimana pemerintah menetapkan kondisi daerah, sebab darurat ada spesifikasi, ada ketentuannya.” terang ulama yang akrab disapa Lem Faisal ini.
Ia juga berharap jalur masuk ke Aceh dapat diperketat. Sebab hampir semua kasus positif di Aceh berasal dari daerah zona merah di luar Aceh.