Dua First Lady Aceh: Antara Kak Ana dan Bunda Salma, Siapa Paling Berpengaruh?
Dua perempuan, dua peran publik, dua jalur pengabdian. Pertanyaannya bukan semata-mata “siapa lebih berpengaruh,” melainkan: bagaimana mereka berdua, dari posisi masing-masing, ikut membentuk wajah sosial-politik Aceh saat ini?
Kak Ana: Lembut, Elegan, dan Akrab dengan Masyarakat
Sebagai istri pertama, Kak Ana mengambil peran struktural yang sangat strategis, yaitu sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Aceh dan Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Aceh.
PKK bukanlah lembaga biasa; ia adalah mesin sosial di tingkat akar rumput yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah dalam isu keluarga, pendidikan anak, pemberdayaan perempuan, dan kesejahteraan sosial.
Kak Ana dikenal dengan gayanya yang lembut, ramah, namun aktif.
Ia sering hadir di tengah masyarakat dalam berbagai kegiatan, baik itu pelatihan ekonomi kreatif untuk ibu-ibu, kampanye pencegahan stunting, hingga kegiatan keagamaan dan budaya.
Sosoknya mudah didekati, tidak membangun jarak, dan banyak ibu-ibu desa merasa nyaman berbicara dengannya.
Yang menarik, Kak Ana juga menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Ia aktif di media sosial, membagikan kegiatan-kegiatan TP PKK secara konsisten, serta menjalin komunikasi terbuka dengan generasi muda.
Dalam berbagai unggahan, ia tidak hanya berbicara soal program, tetapi juga membagikan nilai-nilai keluarga, pendidikan anak, dan pentingnya perempuan dalam pembangunan sosial.
Di mata publik, Kak Ana adalah representasi First Lady yang khas: sopan, aktif, dan representatif dalam membangun jembatan antara rumah tangga dan pemerintahan.
Bunda Salma: Tegas, Cerdas, dan Perempuan Pejuang di Parlemen
Di sisi lain, Bunda Salma tidak berdiri dalam struktur non-pemerintah seperti Kak Ana, melainkan memilih jalur politik formal yang sempat diwarnai kontroversi.
Sebagai Anggota Komisi III DPR Aceh, ia berada di garis depan dalam pembuatan kebijakan, pengawasan, serta pengambilan keputusan penting yang memengaruhi nasib rakyat Aceh.
Komisi III yang ia tempati membidangi urusan ekonomi, investasi, keuangan dan aset daerah—menuntut kecermatan serta ketegasan.