Seorang putra terbaik Aceh H. Harun Keuchik Leumiek telah meninggalkan kita untuk selamanya. Beliau meninggal pukul 14.00 WIB, Rabu 16 Septerber 2020, di rumah kediamannya, Jalan Teuku Imuem Lueng Bata Nomor 1, Gampong Lamseupeung, Simpang Surabaya, Banda Aceh, tutup usia 78 tahun.
Kepergian sosok budayawan, dermawan, dan wartawan ini untuk selamanya masih menyisakan banyak kisah teladan bagi kita yang ditinggalkan
Salah satunya, seperti disampaikan oleh budayawan Aceh, Nab Bahany As, yang ditulis di akun Facebook miliknya.
“Kepergian beliau untuk selamanya membuat dunia kebudayaan Aceh berduka. Kita semua merasa kehilangan yang teramat sangat dengan kepergiannya. Semasa hidupnya, beliau orang yang sangat peduli dengan penyelamatan benda-benda budaya warisan sejarah Aceh. Berapa pun mahalnya benda-benda budaya peninggalan sejarah Aceh, tetap beliau beli untuk disimpan dalam museum pribadinya. Agar benda-benda pusaka peninggalan sejarah Aceh itu tidak dibawa lari (dijual) ke luar Aceh, atau ke luar negeri,” tulis Nab Bahany.
“Saya melakukan semua itu untuk kepentingan Aceh, agar anak Aceh ke depan tahu semua seluk beluk benda-benda budaya warisan indatunya,” tutur almarhum Harun Keuchik Leumiek sekali waktu semasa hidupnya kepada Nab Bahany As.
Kata Nab Bahany, itu jasa Harun Keuchik Leumiek yang luar biasa bagi Aceh, yang tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang–walaupun uangnya melimpah–kecuali oleh orang-orang yang peduli terhadap sejarah dan kebudayaan Aceh.
“Tapi semua itu dilakukan H. Harun Keuchik semasa hidupnya, agar benda-benda budaya peninggalan sejarah Aceh itu tetap terjaga dan lestari sepanjang masa di Aceh. Dan itu memang terus beliau lakukan semasa hidupnya. Ini pengabdian beliau yang luar biasa, terhadap penyelamatan benda-benda pusaka sejarah Aceh yang tak ternilai harganya,” kata Nab Bahany.
Nab Bahany mengatakan, dirinya sebagai penulis buku biografi Harun Keuchik Leumiek dan sekaligus editor dari beberapa buku karyanya, tentu belajar banyak dari almarhum, terutama dalam hal memahami seluk beluk benda-benda budaya peninggalan sejarah Aceh.
“Beliau sangat ahli dalam menjelaskan suatu bentuk benda budaya peninggalan sejarah Aceh, mulai dari motif pembuatannya, sampai fungsi penggunaannya, dan cara pembuatannya dapat beliau jelaskan secara detail terhadap sesuatu benda budaya itu,” sebut Nab Bahany.
Itu semua adalah ilmu yang Harun Keuchik Leumiek miliki secara otodidak, suatu ilmu yang sangat langka dikuasai secara akademik. Dalam hal penguasaan ilmu yang sangat spesifik tersebut, menurut Nab Bahany, Harun Keuchik Leumiek semasa hidupnya sangat memenuhi syarat untuk mendapatkan anugerah gelar Doktor Hornolis Causa secara akademik.
“Memang penah ada sebuah Universitas di Malaysia–atas prakarsa beberapa tokoh Ikatan Masyarakat Aceh Malaysia (IMAM)–bersedia menganugerahi Doktor Honolis Causa (HC) dalam ilmu budaya kepada almarhum semasa hidupnya. Tetapi Harun Keuchik Leumiek menolaknya dengan santun,” ungkap Nab Bahany.
Pertimbangannya, bukan itu yang Harun Keuchik Leumiek cari, tapi keikhlasan untuk berbuat dalam menyelamatkan benda-benda budaya peninggalan sejarah Aceh.
“Sekarang beliau sudah tiada. Kita tidak tahu lagi kemana harus belajar, untuk memahami ilmu yang sangat spesifik yang ada pada itu, yaitu ilmu tentang seluk beluk kebendaan peninggalan sejarah Aceh. Setahu saya, hingga saat ini belum ada ahli benda-benda budaya peninggalan sejarah Aceh, seperti bentuk perhiasan, senjata tajam, porselin, motif tenunan Aceh, mata uang emas dirham Aceh. Dan benda-benda budaya kerajinan peningalan sejarah Aceh lainnya,” terang Nab Bahany.
Almarhum H. Keuchik Leumiek orang yang sangat ahli dalam bidang ilmu itu. Hal ini dapat dilihat dalam buku yang dia tulis semasa hidupnya: “Kemilau Warisan Budaya Aceh”. Buku yang super Lux ini adalah karya bestseller mahakarya Harun Keuchik Leumiek yang diterbitkan dalam dua bahasa (Indonesia-Inggris) tahun 2016. Nab Bahany As dipercayakan menjadi editor buku ini.
“Sebenarnya, dalam beberapa hari ini kami juga sedang mempersiapkan acara peluncuran buku biografi beliau yang saya tulis, untuk edisi revisi cetakan ke IV. Yang rencana peluncurannya bertepatan dengan hari ulang tahun beliau yang ke 78, tanggal 19 September 2020. Sebagai manusia, kita dibolehkan untuk merencakan sesuatu, tapi Allah-lah yang menentukan segala rencana hambanya. Allah telah lebih dulu memanggil Ayahanda H. Harun Keuchik Leumiek untuk berpulang kepada-Nya. Selamat jalan guruku, selamat jalan Ayahanda, semoga bapak menjadi tamu Allah Yang Agung di surga-Nya. Amin,” tulis Nab Bahany As. (IA)