Illiza Sa’aduddin Djamal mengutip sampah di area PLTD Apung, Punge Blang Cut, Sabtu (26/9)
Banda Aceh — Anggota Komisi X DPR RI, Illiza Sa’aduddin Djamal, mengajak seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dan merawat destinasi wisata.
Hal itu disampaikan saat sosialisasi Gerakan Bersih, Indah, Sehat dan Aman (BISA) bersama komunitas pelaku usaha pariwisata di PLTD Apung, Gampong Pungle Blang Cut, Kota Banda Aceh, Sabtu (26/9).
Menurut politisi PPP ini, Aceh sebagai daerah yang menerapkan syariat Islam harusnya menjadi contoh bagi daerah lain terutama dalam sektor pariwisata karena dalam Islam semua telah diajarkan untuk menjaga kebersihan dan melayani orang lain.
“Jaga identitas sebagai daerah yang menerapkan syariat Allah. Jangan sampai orang datang ke sini justru tidak melihat ada syariat di tempat ini seperti annadhafatu (kebersihan), kasih sayang, ramah tamah tidak terlihat, na’uzubillahi min dhalik,” katanya.
Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, menurutnya paling terdampak dari pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Sebab itu, ia meminta seluruh komponen masyarakat dan pemangku kepentingan agar saling mendukung satu sama lain untuk memajukan pariwisata.
Berbagai upaya juga dilakukan pemerintah pusat untuk memulihkan kembali sektor ini, salah satunya dengan program BISA ini yang diluncurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf).
Program ini diharapkan bisa kembali membantu pelaku usaha ekonomi kreatif dan pariwisata untuk bangkit kembali tanpa mengabaikan protokol kesehatan.
Ia berharap perekonomian di Kota Banda Aceh kembali tumbuh pasca Covid-19. “Ketika pandemi berakhir kita harap Banda Aceh bisa maju kembali meraih prestasi ke depan,” harapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Jamaluddin memberikan apresiasi kepada Illiza Sa’aduddin Djamal yang telah merealisasikan program Kemenparekraf di Aceh sebagai bentuk kepedulian terhadap sektor pariwisata.
Menurutnya, peran serta masyarakat juga penting dalam menjaga tempat yang menjadi tujuan destinasi wisata. Salah satunya dengan membentuk kelompok sadar wisata.
“Tempat wisata perlu ada kelompok-kelompok sadar wisata yang merawat destinasi tetap bersih indah dan nyaman,” ungkapnya.
“Kalau sektor wisata dapat kembali dikembangkan kita akan bisa melewati resesi ekonomi dengan baik,” lanjutnya.
Di masa pandemi ini, Jamaluddin berharap agar sektor wisata di Aceh dapat menyasar para wisatawan nusantara karena wisman masih belum terkendala dengan penghentian penerbangan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh Iskandar menyebutnya, setiap tahunnya sektor pariwisata berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai angka 37-40 persen. Namun sejak pandemi Covid-19 melanda ke wilayah Kota Banda Aceh menurun drastis.
“Namun sejak bulan Agustus sudah mulai nampak geliat ekonomi di Kota Banda Aceh sektor pariwisata,” jelasnya.
Sebelumnya, pihak Pemko Banda Aceh melalui Dispar sempat menutup sejumlah tempat tujuan destinasi wisata untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Namun menurut Iskandar, penutupan itu tidak mungkin terus dilakukan yang dinilai memberi dampak buruk terhadap perekonomian masyarakat.
“Sektor pariwisata jalan terus, protokol kesehatan juga jalan terus sehingga kita bisa beriringan berdampingan,” sebunya.
“Kalau orang terus di rumah saja, ekonomi tidak bergeliat orang mau makan apa. Di daerah Ulee Lheue saja itu ada sekitar 150 lebih pedagang kecil yang berjualan, kalau ini kita tutup mereka tidak bisa menghidupi keluarganya,” lanjutnya.
Sebelumnya, pihak Dispar Kota juga melakukan revitalisasi terhadap sejumlah tempat wisata di bawah pengelolaan pihaknya seperti PLTD Apung, boat di atas rumah, dan beberapa lainnya.
“Ini beberapa hal yang kita lakukan terus mudah mudahan pariwisata di Kota Banda Aceh akan bergeliat kembali pasca Covid-19,” pungkasnya. (IA)