Banda Aceh — Gubernur Aceh Nova Iriansyah diminta untuk dapat segera mengganti Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh yang saat ini dijabat dr. Taqwallah M.Kes, yang berlatar belakang dokter dan mantan Kepala Puskesmas.
Pengamat Kebijakan Publik Aceh Dr Nasrul Zaman ST MKes menyebutkan, adanya pernyataan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MENPAN RB) Tjahjo Kumolo tentang Sekda Provinsi/Kabupaten/Kota yang bisa diganti kapan saja selama tidak profesional dan cakap, harusnya menjadi momentum bagi Gubernur Aceh Nova Iriansyah untuk mengganti Sekda Provinsi Aceh yang sekarang, Taqwallah.
“Gubernur harus bisa mengevaluasi Sekda Aceh yang sekarang ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik dengan legislatif, bahkan dengan para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) pun Sekda yang sekarang komunikasinya sangat buruk,” ujar Nasrul Zaman dalam keterangannya, Senin (22/3).
Diterangkannya, Sekda Aceh yang sekarang ini levelnya bukan pemimpin tapi kalau untuk pimpinan proyek/ketua tim Ad Hoc sangat cakap dan mumpuni.
“Sekda Aceh sekarang ini tidak punya soft skill yang bagus dan komunikasi sosialnya sangat buruk sekali, kurang bisa menghargai perbedaan dalam ide dan gagasan,” sebutnya.
Secara konsep pemerintahan, lanjutnya, Sekda sekarang ini Taqwallah sudah berkali kali melakukan blunder yang merugikan gubernur, misalnya Sidak ke kantor bupati/wali kota dan Puskesmas, membagi-bagikan SK kenaikan pangkat ASN dan pensiun, mewawancarai pejabat eselon IV dan camat-camat bahkan Sekda sekarang ini tidak mampu dengan baik mendampingi gubernur dalam program pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 di Aceh.
Ditandai program yang dibuat lebih pada hura-hura tidak strategis seperti bagi masker dan sebaran spanduk yang berlebihan, namun tidak efektif.
Berkaitan dengan DPRA juga Sekda Taqwallah tidak mampu menjaga kehormatan gubernur bahkan menjadi kontra produktif yang kerap merugikan gubernur.
Dalam hal program pembangunan misalnya, sebut Nasrul, di masa Sekda ini, Aceh menjadi provinsi termiskin di Sumatera, tertinggi angka stunting-nya, terburuk kualitas pendidikannya bahkan memecahkan rekor Silpa APBA yang mencapai Rp 2,8 triliun, tertinggi dalam sejarah Aceh.
Data-data minus tersebut tidak mampu disahuti Sekda Taqwallah dengan membuat program dan konsolidasi program pembangunan yang bertujuan mengatasi kekurangan dan ketertinggalan Aceh tersebut.
“Kesimpulannya Sekda Aceh sekarang ini disebut “banyak yang dikerjakannya, tapi itu bukan yang penting-penting.
Intinya kalau pak gubernur mau dikenang rakyat Aceh maka segeralah mengganti Sekda Aceh ini sekarang juga,” pungkas Dr Nasrul Zaman. (IA)