Laboratorium Penyakit Infeksi Unsyiah Siap Uji Swab Covid-19
Kehadiran laboratorium ini menurut Rektor adalah bentuk kepedulian Unsyiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan ke depan. Mengingat wabah Covid-19 ini yang kabarnya berasal dari kelelawar, telah menarik perhatian dunia terhadap masalah zoonosis.
Maka melalui laboratorium ini, Unsyiah ingin terus mengembangkan riset terkait hal tersebut.
Rektor mengungkapkan, setelah wabah Covid-19 ini usai maka laboratorium penyakit infeksi ini akan menjadi research sharing dari beberapa fakultas dan prodi di Unsyiah. Sebab Rektor ingin, Unsyiah tidak hanya menghasilkan proses belajar, tapi harus mampu menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Saya menyampaikan terima kasih atas dukungan Pemerintah Aceh untuk laboratorium ini. Semoga kolaborasi antara Balitbang Kesehatan Aceh dengan Unsyiah, mampu menjadikan Aceh sebagai rujukan utama pengembangan kesehatan di Indonesia,” harap Rektor.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr. Hanif, yang hadir mewakili Plt. Gubernur Aceh mengatakan, Pemerintah Aceh menyambut baik kehadiran laboratorium ini. Sebab penelitian di laboratorium sangat dibutuhkan oleh pasien yang terpapar virus Corona, yaitu untuk mengetahui dampak infeksi yang dialaminya.
Meskipun saat ini Balitbang Kesehatan Aceh telah memiliki laboratorium yang dilengkapi RT-PCR, namun hal tersebut tidaklah cukup karena pemeriksaan PCR hanya untuk mengetahui jenis dan jumlah virus.
“Sedangkan untuk melihat dampak virus itu membutuhkan sistem uji yang lain, di sinilah penting keberadaan laboratorium penyakit infeksi ini, guna mendukung penelitian dan kerja tim medis,” ucapnya.
Hanif berharap, keberadaan laboratorium ini bisa membantu untuk mendapatkan data yang akurat oleh tim medis dalam memahami kondisi seorang pasien. Sebab data tersebut akan menjadi bahan pertimbangan yang penting bagi tim medis dalam memberikan pengobatan.
Karenanya, ia berharap Unsyiah dapat mengoptimalkan sebaik mungkin keberadaan laboratorium ini untuk pengobatan pasien infeksi di Aceh.
“Dengan demikian, kita dapat menurunkan prevalensi penyakit infeksi di Aceh, sehingga mata rantai penyakit ini bisa diputuskan. Keberadaan laboratorium ini juga bukan hanya mendukung dari sisi penelitian di fakultas, tapi sangat bermanfaat bagi kerja tim medis,” pungkasnya. (m)