Banda Aceh – Gubernur Aceh Nova Iriansyah menilai, peran dan keikutsertaan masyarakat secara dominan jauh lebih efektif dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Aceh. Menurutnya, selama ini keterlibatan masyarakat untuk menanggulangi persoalan tersebut masih minim dibanding peran aparatur negara.
“Kalau budaya ini sudah terbangun (peran masyarakat) Insya Allah penanggulangan Karhutla secara permanen tidak lagi hanya sebatas mimpi. Karena begitu ada Karhutla langsung ditindaklanjuti warga setempat,” ujar Nova Iriansyah, dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Penanganan Karhutla, yang digelar secara offline dan online, di Mapolda Aceh, Selasa (23/3).
Nova mengatakan, kolaborasi dan komunikasi yang baik antarberbagai unsur di pemerintahan dan masyarakat, sangat penting dalam mencegah dan menanggulangi Karhutla secara cepat dan optimal. Selain itu, peran aparatur yang ditugaskan juga perlu terus dimaksimalkan.
“Dengan TNI, Kepolisian, bahkan Kejaksaan ini menjadi tugas khusus, kita setiap tahun diingatkan oleh Pak Presiden untuk berkoordinasi antar pihak. Dan ini sudah menjadi tugas prioritas para pihak di wilayah masing-masing,” kata Nova.
Gubernur menyebutkan, Aceh memiliki lahan gambut seluas 338 ribu Hektar, dimana 150 ribu Ha diantaranya merupakan lahan budi daya yang tersebar di sepanjang pantai Barat-Selatan. Ia mengatakan, daerah tersebut rawan sekali terjadi kebakaran akibat pembukaan lahan perkebunan oleh masyarakat.
“Bahkan hal yang sama juga tidak mustahil dilakukan oleh pihak perusahaan perkebunan atau HTI,” ujar Nova.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, kata Gubernur, pihaknya terus memaksimalkan tugas personil polisi hutan dan pengamanan hutan untuk mendeteksi secara dini terjadinya pembakaran.
Pihaknya pun kini sudah berupaya untuk terus meningkatkan jumlah personel dengan cara mengirimkan surat kepada Kementerian Lingkungan Hidup agar dapat dapat membentuk Daerah operasi Manggala Agni di Aceh.
Ia juga meminta Kementerian terkait untuk menginstruksikan perusahaan perkebunan agar melibatkan diri mencegah terjadinya Karhutla. “Inilah yang merupakan salah satu tantangan kita bersama, yang mesti kita waspadai dan sikapi dengan cepat,” tutur Nova.
Dalam kesempatan tersebut, Nova mengapresiasi peran dan keterlibatan semua pihak yang sudah bekerja keras mengontrol dan menanggulangi Karhutla yang selama ini terjadi di Aceh.
“Insya Allah dengan kerja sama dan kolaborasi yang baik dari semua pihak, kita memohon kepada Allah Aceh dijauhkan dari kebakaran hutan dan lahan serta bencana lain,” jelas Nova.
Pangdam Iskandar Muda (IM) Mayjen TNI Achmad Marzuki mengatakan, berdasarkan Instruksi Presiden, upaya pencegahan harus diprioritaskan dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Menurutnya, upaya tersebut dapat dimaksimalkan jika peran masyarakat bisa lebih besar daripada personil TNI/Polri sekalipun.
“Seharusnya keterlibatan TNI-Polri 30 persen, masyarakat 70 persen. Tapi kenyataannya di lapangan terbalik, masih banyak keterlibatan Babinsa dan Bhabinkamtibmas,” kata Mayjen Achmad Marzuki.
Selain itu, Pangdam IM tersebut juga meminta aparatur di lapangan, baik TNI/Polri sampai perangkat desa, untuk terus mengedukasi masyarakat dan perusahaan tentang bahayanya kebakaran hutan baik secara kesehatan maupun ekonomi.
Sementara Kapolda Aceh Irjen Pol Wahyu Widada mengatakan, peran pemerintah daerah dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota sangat penting dalam penanganan masalah Karhutla. Ia berharap pemerintah daerah dapat memberi dukungannya melalui pengadaan alat dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.
Kapolda Wahyu menambahkan, perusahaan yang beroperasi di bidang kehutanan juga perlu menyiapkan SDM dan sarana prasarana untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya Karhutla. Peran serta perusahaan tersebut telah diatur dalam regulasi yang berlaku. Ia pun berharap Pemda dapat mengawal peran serta perusahaan-perusahaan tersebut.
“Ada beberapa upaya pencegahan yang sudah kita lakukan dari pihak kepolisian, yaitu, melakukan operasi taman nusa dua, operasi bina taruna seulawah, melakukan mapping penanganan Karhutla,” kata Wahyu.
Wahyu mengatakan, upaya pencegahan Karhutla juga dilakukan Kepolisian dan TNI melalui edukasi masyarakat, patroli dan pemadaman. Ia menyebutkan kegiatan edukasi selama tahun 2021 ini sudah dilakukan sebanyak 45.501 kali, sebanyak 127.262 kali untuk kegiatan patroli dan 548 kali melakukan pemadaman.
“Mari sama-sama kita memiliki kepekaan dan kepedulian untuk penanganan Karhutla, ini adalah kepentingan anak cucu kita. Jangan sampai kita kehilangan hutan dan kehidupan ekosistem kehidupan di dalamnya. Jangan sampai anak cucu kita melihat harimau hanya dapat di YouTube,” kata Wahyu.
Rapat Koordinasi Penanganan Karhutla itu juga melibatkan unsur Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai-Hutan Lindung (BPDASHL), Basarnas, Telkom Aceh, dan BMKG. Rapat juga diikuti secara daring oleh jajaran pemerintah kabupaten/kota, Polres dan kodim dari seluruh Aceh. (IA)