Musibah Tsunami Aceh, Beri Pembelajaran untuk Dunia
“Pada 28 Desember 2004, kami sudah tiba di Aceh. Saat itu usia saya masih sangat muda, 21 tahun. Kami menitik beratkan pada human capital Pak Gubernur. Jadi, rekonstruksi gedung sekolah mungkin cuma fisik saja, tapi manifestasinya adalah para siswa yang akan belajar disana. Kami berfokus pada pengembangan sumberdaya manusianya,” ujar Hafiz.
Hafiz mengungkapkan, di masa rehabilitasi dan rekonstruksi tsunami, Mercy Malaysia membangun 16 proyek di Aceh dan 3 di Nias, termasuk dua dayah.
Kini, sambung Hafiz, Mercy Malaysia bersama UTM sudah menandatangani kerjasama dengan Universitas Syiah kuala, mulai 2025-2030, terkait sustainability resilience.
“Sustainability resilience adalah sebuah living lab yang bukan berbentuk bangunan tapi sebuah pembelajaran. Bagaimana Syariat Islam memberikan kekuatan bagi masyarakat Aceh, sehingga bisa tangguh dalam menghadapi bencana dan berbagai hal lainnya,” kata Hafiz.
Pada peringatan 20 tahun gempa dan tsunami Aceh, Mercy Malaysia akan turut berpartisipasi dengan menggelar pameran di Museum Tsunami Aceh serta melakukan kunjungan ke sejumlah proyek pembangunan yang pernah dilakukan Mercy Malaysia di sejumlah wilayah di Bumi Serambi Mekah.
Pada pertemuan tersebut, Pj Gubernur turut didampingi Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh Zulkifli dan Karo Administrasi Pimpinan Setda Aceh Akkar Arafat.
Sementara tim dari Mercy Malaysia yang turut hadir di antaranya Senior Technical Advisor. Sedangkan dari University of Technology diwakili oleh Associate Member DPPC, MJIT, UTM Roslan bin Ab Ghani.