Pj Gubernur Safrizal: Aceh Thank’s to The World
“Bencana tersebut bukan hanya meninggalkan duka mendalam, tetapi juga mengajarkan kita banyak hal tentang kemanusiaan, solidaritas, dan kebersamaan. Dunia menyaksikan bagaimana Aceh yang luluh-lantak bangkit kembali dengan semangat kebersamaan yang luar biasa,” kata lulusan terbaik STPDN angkatan pertama itu.
Pasca bencana, sambung Safrizal, bantuan datang dari berbagai penjuru dunia, tanpa memandang agama, ras, dan suku bangsa. Organisasi-organisasi seperti Catholic Relief Service (CRS), The Salvation Army, Islamic Relief, Budha Tzu Chi, Turkish Red Crescent, dan GIZ Jerman dan berbagai lembaga lainnya turut serta membantu proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh.
Safrizal menegaskan, bantuan yang datang dari seluruh negara, lintas agama dan organisasi ini mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan melampaui batas-batas perbedaan. Nilai-nilai kemanusiaan adalah perekat yang mampu menyatukan keberagaman.
“Proses pemulihan Aceh dari 2005 hingga 2009 adalah bukti nyata bahwa dengan kebersamaan dan gotong royong, kita mampu bangkit dari keterpurukan. Rumah-rumah dibangun kembali, sekolah-sekolah berdiri kokoh, masjid-masjid dan fasilitas publik lainnya kembali difungsikan. Aceh hari ini adalah simbol ketahanan, kedamaian, dan harapan,” ucap mantan Pj Gubernur Kalimantan Selatan itu.
Karena itu, Pj Gubernur atas nama Pemerintah dan rakyat Aceh menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada Pemerintah Pusat, seluruh negara sahabat, lembaga donor, berbagai organisasi kemanusiaan internasional dan nasional yang telah membantu Aceh pada masa tanggap darurat, masa rehabilitasi dan rekonstruksi, hingga saat ini.
“Bantuan, dukungan dan solidaritas yang diberikan menjadi fondasi penting bagi kebangkitan Aceh pascatsunami. Kami tidak akan pernah melupakan kontribusi dan ketulusan hati dari semua pihak yang telah membantu meringankan beban kami di masa-masa sulit,” kata Pj Gubernur.
Karena itu, Safrizal menyambut baik penyelenggaraan Aceh International Forum 2024, dan mengajak para peserta untuk menjadikannya sebagai momentum penting untuk merefleksikan perjalanan Aceh selama dua dekade terakhir.