Banda Aceh – Forum Warga Kota Pelajar dan Mahasiswa (Kopelma) Darussalam melakukan audiensi dengan Gubernur Aceh Nova Iriansyah, Jum’at (8/1) di Pendopo Gubernur.
Kedatangan warga Kopelma Darussalam itu untuk mengadu perihal rencana penggusuran dan penghapusan rumah dinas, yang selama ini ditempati keluarga besar mantan dosen.
Penghapusan rumah dinas di lingkungan Universitas Syiah Kuala (USK) itu disebut terkait rencana pengembangan kampus USK untuk pembangunan gedung Fakultas Hukum dan gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Perwakilan warga Kopelma yang datang menemui Gubernur Aceh berjumlah 11 orang. Mereka terdiri atas para pensiunan dosen, istri pensiunan dosen, hingga anak mantan dosen.
Otto Syamsuddin Ishak, salah satu warga Kopelma, dalam penjelasannya pada pertemuan itu meminta Gubernur Aceh membantu mereka dalam memperjuangkan keberadaan Kopelma Darussalam agar tidak digusur.
Menurut Otto, alasan pihaknya menolak penggusuran adalah karena Kopelma Darussalam merupakan monumen perdamaian pasca Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang harus dilestarikan keberadaannya.
“Kopelma Darussalam adalah heritage site dari sejarah perdamaian DI/TII dan pusat pendidikan,” ujar Otto.
Selain itu, kata Otto, keluarga besar dosen yang tinggal di sana umumnya tidak memiliki tempat tinggal lain, terlebih kondisi mereka yang umumnya sudah tua renta.
Sementara Gubernur Nova dalam merespon masukan warga Kopelma menyebutkan, dirinya memahami kondisi yang dialami para warga Kopelma. Gubernur berharap mereka dapat bersabar dan mengatakan pihaknya akan melakukan telaah dan pengkajian terlebih dahulu terkait status Kopelma.
Gubernur menyebutkan, Biro Hukum Setda Aceh dan Satuan Kerja Perangkat (SKPA) terkait akan mempelajari terlebih terdahulu terkait persoalan tersebut.
“Sebagai Gubernur saya memahami perasaan bapak ibu. Kami akan mencoba menelaah dan mempelajari informasi yang bapak ibu sampaikan,” swbut Gubernur Nova. (IA)