Tahun Baru Islam 1 Muharram: Sepi di Banda Aceh, Meriah di Aceh Besar
Kontras dengan itu, peringatan 1 Muharram — simbol hijrah Rasulullah SAW, awal penanggalan Islam — justru tak mendapat perhatian yang sepadan.
Padahal, nilai spiritual dan pendidikan yang melekat pada tahun baru Islam jauh lebih dalam daripada sekadar euforia akhir tahun Masehi.
Tokoh masyarakat Aceh, Drs M Isa Alima, Ketua DPD Patriot Bela Nusantara (PBN) Aceh, mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap situasi ini.
“Aceh dikenal dengan penerapan Syariat Islam, tapi ketika datang tahun baru Islam, kita sunyi. Sementara ketika 1 Januari, kita malah ikut-ikutan budaya barat yang tidak ada nilai ruhiyahnya,” katanya kepada Infoaceh.net, Sabtu (28/6).
Menurut Isa, sepinya 1 Muharram di Aceh adalah cerminan dari lemahnya kesadaran kolektif untuk menghidupkan budaya keagamaan yang mendidik dan mencerdaskan. Ia menyebutnya sebagai krisis identitas.
“Ini bukan soal kegiatan seremonial semata. Ini soal jati diri. Soal bagaimana kita memposisikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial kita, terutama generasi muda,” tegasnya.
Ia juga mendorong pemerintah daerah menjadikan 1 Muharram sebagai perayaan keagamaan resmi — sebagaimana peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dan hari besar Islam lainnya yang sudah membudaya di Aceh.
Aceh Besar Menjawab dengan Syiar Meriah
Namun, tak semua wilayah di Aceh diam. Kabupaten Aceh Besar justru menjawab sunyinya 1 Muharram dengan gelaran Pawai Ta’aruf yang meriah, religius, dan sarat makna.
Sabtu (28/6), suasana di halaman Gedung Dekranasda Aceh Besar di kawasan Blang Bintang berubah menjadi lautan manusia. Ratusan peserta dari 68 kontingen — terdiri atas OPD, dayah, dan perwakilan masyarakat — berkumpul dengan mengenakan busana Muslim yang indah dan membawa atribut Islami.
Spanduk bertema hijrah, poster motivasi Islami, serta lantunan shalawat menggema sepanjang rute pawai yang melewati Bundaran Lambaro.
Acara ini dibuka oleh Bupati Aceh Besar Muharram Idris atau Syech Muharram, yang tampil dengan penuh semangat dan nada optimisme tinggi.
“Alhamdulillah, ini bukan sekadar pawai. Ini syiar Islam, ini sejarah. Tahun Baru Islam harus dibesarkan. Saya ingin menegaskan, mari kita besarkan Tahun Baru Islam. Jangan sampai kita lebih semarak memperingati tahun masehi 1 Januari dibandingkan tahun hijriah 1 Muharram . Ini adalah bagian dari jati diri kita sebagai umat Islam. Ini budaya kita. Ini identitas kita,” ujar Bupati dalam sambutannya.