Teungku Fakinah, Ulama Wanita dan Panglima Perang Aceh
Setelah perang Aceh mereda, dengan adanya perjanjian damai di tahun 1903, maka banyak para pejuang yang kemudian kembali ke dayah mereka untuk menghidupkan kembali kajian keilmuannya, maka demikian halnya Teungku Fakinah, setelah syahidnya Teungku Chik Di Tiro Mahyed di tahun 1910, maka beliau pun turun gunung pada tahun 1911 dan kembali ke Lam Krak, untuk membangun kembali dayah orang tuanya yang telah lama terbengkalai dalam masa peperangan. Beliau kembali menjadi seorang guru dan ulama bagi masyarakatnya.
Pada tahun 1914, Teungku Fakinah berhasrat ingin melaksanakan ibadah haji, dan menetap di Mekkah untuk memperdalam ilmunya. Sehingga pada tahun 1915 sampai 1918 beliau naik haji dan menetap di Mekkah untuk berguru kepada ulama Mekkah, kemungkinan besar beliau sempat belajar kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau yang wafat tahun 1916 dan kepada ulama lain seperti anaknya Syekh Sayyid Bakhri Syatta Pengarang Kitab Hasyiah I’anatuththalibin yaitu Syekh Sayyid Ahmad Syatta.
Setelah menjadi seorang ulama besar dan syaikhah, beliau pulang kembali ke dayahnya untuk membuat banyak pembaharuan, dan semangat yang baru yang dibawanya dari Kota Suci Mekkah.
Maka ide-ide cemerlang Teungku Hajjah Fakinah disambut secara antusias oleh para ulama dan ulee balang Aceh seperti Tuwanku Raja Keumala dan Teuku Panglima Polem Muhammad Daud. Bahkan keduanya juga membangun lembaga pendidikan di Peulanggahan oleh Tuwanku Raja Keumala, dan Dayah Lamsie oleh Teuku Panglima Polem Muhammad Daud. Setelah kiprah dan kontribusi yang besar, maka di tahun 1938 wafatlah ulama besar dan pejuang wanita itu. Rahimahallah Rahmatan Wasi’atan.
Ditulis Oleh:
Dr. Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary, Lc (Ketua STAI Al Washliyah Banda Aceh, Pengampu Pengajian Rutin TAFITAS Aceh, dan Penulis Buku Membumikan Fatwa Ulama)