Foto: Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Aceh, Saifullah Abdulgani
*Keluarga Pasien Tak Jujur Berikan Informasi
Banda Aceh — Kesalahan prosedur saat penanganan dilaporkan sempat terjadi saat perawatan seorang pasien dalam pengawasan (PDP) terkait Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) kedua yang meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
PDP berinisial EY (43 tahun), dengan jenis kelamin laki-laki, asal Kabupaten Aceh Utara itu, meninggal dunia dalam perawatan di ruang
Respiratory Intensive Care Unit (RICU) RSUDZA Banda Aceh, pada Rabu (25/3) sekitar pukul 18.40 Wib.
EY memiliki riwayat tinggal di daerah transmisi virus Corona. Ia warga Aceh Utara yang pulang dari Malaysia. Hasil pemeriksaan ditemukan gambaran pneumonia dan memenuhi kriteria sebagai PDP.
EY meninggal dunia dalam status PDP karena belum ada hasil pemeriksaan spesimennya. Juga belum bisa simpulkan EY positif Covid-19 atau meninggal karena pneumonia akut.
Namun yang memprihatinkan, sebelum ia meninggal dunia di ruang RICU, pasien PDP Covid-19 tersebut sempat ditangani dan dirawat terlebih dahulu di ruangan lain yaitu tempat penanganan pasien penyakit umum lainnya di RSUDZA.
Kesalahan prosedur tersebut terjadi akibat ketidakjujuran pasien dan keluarganya dalam memberikan informasi yang lengkap kepada tenaga medis di RSUDZA, sehingga pihak dokter rumah sakit setempat seperti biasa merawatnya di ruang pasien umum, bukan langsung dibawa ke ruang RICU, tempat dimana seharusnya PDP terkait Covid-19 itu dirawat sesuai prosedur dan ketentuan yang ada.
Terhadap kejadian di luar perkiraan ini, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Aceh, Saifullah Abdulgani, sangat menyayangkan ketidakjujuran pasien dan keluarga PDP tersebut dalam memberikan informasi kepada petugas medis di RSUDZA.
“Kita sayangkan, seharusnya pihak keluarganya berikan informasi yang jujur, bahwa pasien itu PDP karena baru saja pulang dari luar negeri, sehingga pihak medis tidak salah dalam penanganan, dan sejak dari awal langsung ditangani di ruang RICU,” ujar Saifullah Abdulgani di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 saat menggelar konferensi pers, via video conference dengan awak media, yang disampaikan Kamis (26/3) malam.
Jubir yang akrab disapa SAG ini menjelaskan, awalnya PDP berinisial EY itu didiagnosa sebagai penderita infeksi empedu. Tim medis di RSUDZA merencanakan untuk melakukan tindakan operasi, namun belakangan terdeteksi pneuomonia akut seperti serangan virus Corona.
SAG menambahkan, saat persiapan operasi dan pemeriksaan foto thorak, tim medis menemukan pneumonia akut mirip penderita Covid-19.
Setelah didalami lebih lanjut, terungkap EY memiliki riwayat perjalanan ke Malaysia, 13 hari sebelumnya. Tanpa informasi kepada petugas medis bahwa EY baru tiba dari daerah penularan virus Corona, maka ia ditangani sebagaimana pasien gangguan empedu lainnya.
“Informasi dari pihak RSUDZA, EY selama ini sudah sering berobat, sehingga petugas tak menaruh curiga,” kata SAG.
Belajar dari kasus PDP berinisial EY ini, SAG mengimbau masyarakat, terutama pasien dan keluarga pasien untuk menyampaikan informasi tentang riwayat pasien secara detil kepada tenaga medis yang merawatnya.
“Kita tentunya berharap EY bukan PDP yang positif terinfeksi Covid-19. Sebab, bila pemeriksaan swab-nya dari laboratorium di Balitbangkes Jakarta hasilnya positif, maka akan banyak sekali petugas medis di RSUDZA yang harus dikarantina selama 14 hari,” urai SAG.
Lebih lanjut Saifullah menyampaikan, terhadap PDP berinisial EY, yang meninggal dunia Rabu (25/3) sore di RICU RSUDZA, hingga kini belum dapat disimpulkan sebagai pasien positif terinfeksi Covid-19, karena belum ada hasil pemeriksaan swab dari laboratorium Balitbang Kemenkes RI di Jakarta.
“Hingga saat ini EY meninggal karena gagal nafas akibat pneumonia akut. Tapi karena dicurigai serangan virus Corona, maka jasadnya tetap dipelakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) pasien Covid-19, tapi statusnya masih PDP,” papar SAG.
Selanjutnya SAG mengatakan, dalam situasi seperti saat ini, bantu petugas medis dengan informasi yang selengkap- lengkapnya kepada petugas, dan tidak ada yang disembunyikan untuk kebaikan bersama.
ODP Bertambah 10 Orang
Sementara itu, terkait dengan penanganan Covid-19 di Aceh, Saifullah juga menerangkan, hingga Kamis (26/3) malam, terjadi penambahan Orang Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak 10 orang. Jika pads Rabu (25/3) jumlah ODP di Aceh sebanyak 216 orang, maka kini bertambag menjadi 226 orang.
Sementara itu, PDP yang masih dirawat di RICU RSUDZA Banda Aceh sebanyak empat orang dan satu lainnya di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe. (m)