Belum Ada Perjanjian Bisnis Trans Continent – PEMA di KIA Ladong
Mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh itu bahkan mengibaratkan, apa yang dilakukan PT Trans Continent di KIA Ladong, seperti penyewa rumah yang langsung masuk tanpa ada perjanjian tertulis tapi pemilik sewa tetap melayani penyewa walaupun gratis.
“Tanah KIA Ladong bukan diperuntukkan pada satu pemakai, tetapi banyak tenant atau penyewa bisa memanfaatkan kawasan tersebut,” ujar Dadek tegas.
Dadek juga mengaku tidak dapat memahami maksud dan tujuan Ismail Rasyid selaku pimpinan PT TC. Beberapa waktu lalu, kata Dadek, saat ikut fit dan proper test Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) di penghujung proses Ismail Rasyid justru mundur.
“Saya tidak paham mengapa Pak Ismail ikut tes Kepala BPKS, padahal dirinya adalah CEO perusahaan besar berskala internasional. Kemudian mundur tiba-tiba di penghujung proses. Sekarang, Pak Ismail menempatkan alatnya di KIA Ladong sebelum ada perjanjian hitam di atas putih dan tiba-tiba menarik kembali alat-alat kerjanya. Apakah ada sesuatu di balik ini semua, saya juga tidak tahu,” beber Dadek.
Dadek mengakui, sejak dua bulan lalu, dirinya sudah melihat ada gelagat tidak baik, tepatnya sejak rapat pertama antara dirinya selaku Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan dengan Ismail Rasyid.
“Oleh karena itu, pada rapat tersebut saya tegaskan kepada Pak Ismail Rasyid, terkait komitmen PT TC di KIA Ladong jika PT PEMA berusaha memenuhi keinginannya. Saat itu Pak Ismail Rasyid tidak menjawab, hanya mengatakan akan menandatangani perjanjian setelah PT PEMA memenuhi komitmennya. Tapi anehnya, peralatan PT TC langsung dibawa masuk ke KIA Ladong,” pungkas Ahmad Dadek. (IA)