BANDA ACEH – Aceh dengan letak sisi geografisnya memiliki potensi besar untuk menjalankan bisnis internasional. Karena letak wilayah Aceh berbatasan langsung dan sangat berdekatan dengan negara-negara ASEAN lainya.
Namun demikian, sangat disayangkan ekspor-impor di Aceh masih sangat minim, padahal pemerintah telah mengupayakan pembukaan infrastruktur berupa pelabuhan ekspor agar transaksi bisnis internasional berjalan lancar.
Bahkan salah satunya yakni Pelabuhan Malahayati di Krueng Raya Aceh Besar juga telah dideklarasikan sebagai pelabuhan kontainer.
Namun, ia menyayangkan, justru yang banyak memanfaatkan fasilitas itu hanya perusahaan-perusahaan besar yang mengekspor Crude Palm Oil (CPO), biji besi, batubara dan lainnya, sedangkan ekspor impor produksi UKM masih relatif sedikit.
“Kita ingin fasilitas dan kemudahan ekspor-impor yang ada di Aceh dimanfaatkan oleh para pegiat UMKM dan UKM sehingga transaksi bisnis itu berjalan dengan baik di daerah kita,” ujar Gubernur Aceh yang diwakili Asisten Administrasi Umum Sekda Aceh Iskandar AP, saat membuka kegiatan Coaching Program for New Exporter, di Gedung Keuangan RI Perwakilan Aceh, Senin (28/3).
Acara itu didedikasikan untuk mendorong lahirnya eksportir- eksportir baru dari kalangan pegiat Usaha Mikro Kelas Menengah (UMKM) dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Aceh.
Karena itu, menurut Iskandar, kegiatan ini adalah sebuah kesempatan bagi para pegiat UMKM dan UKM Aceh untuk menggali ilmu bisnis yang lebih mendalam yang berkaitan dengan bisnis yang bergerak di bidang ekspor –impor.
Sehingga hasil coaching tersebut dapat berlanjut ke hal-hal yang lebih implementatif, sehingga semangat menjadi eksportir bagi pegiat UMKM dan UKM Aceh lebih mengental.
Karena itu, ia berharap, melalui Coaching Program for New Exporter yang diselenggarakan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) ini, akan memantik semangat pegiat UMKM dan UKM Aceh agar menjadi eksporter, sehingga melahirkan lebih banyak para eksporter baru di Serambi Mekkah.
Dengan demikian potensi strategis Aceh dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Jika menilik ke belakang emas Monas dan pesawat Seulawah RI I dan II bantuan masyarakat Aceh itu adalah bentuk kemakmuran Aceh melalui perdagangan internasional. Masyarakat Aceh, kata Iskandar, sudah terbiasa bertarung di kancah perdagangan internasional.
“Maka itu, mari kita kembali bertarung dan mengembalikan kejayaan perdagangan internasional kita melalaui export,” pungkasnya.
Sementara Kepala Kanwil DJKN Aceh Syukriah, menyampaikan kegiatan ini merupakan langkah awal untuk memajukan perekonomian Aceh melalui export, dengan begitu masyarakat akan memiliki kemandirian dalam membangun perekonomian di Aceh.
“Mudah-mudahan langkah awal ini menjadi jalan untuk kemajuan perekonomian masyarakat Aceh,” ujarnya.
Maka itu, kepada seluruh peserta pelatihan ia minta, agar memanfaatkan kesempatan baik ini untuk belajar menambah pengetahuan terkait ekspor. Acara ini juga merupakan pertama kalinya dilaksanakan pada tahun 2022 ini, sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk memajukan perekonomian Aceh. (IA)