BANDA ACEH — Kakanwil Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Provinsi Aceh Safuadi memberikan kesaksian, ada permintaan langsung dari luar negeri untuk nangka yang dicincang atau ‘boh panah teucang’, tapi tidak ada yang mau mengurusnya secara bersama-sama, lintas stekeholder. Padahal, ini bisa mendatangkan pemasukan yang lebih besar.
Hal itu disampaikannya saat melaksanakan kegiatan Customs Goes to Campus di Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Jum’at (30/7). Pada kegiatan tersebut, Bea Cukai Aceh-USK membahas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Saya mengajak dan memohon kepada entitas di kampus, untuk berkarya sesuai potensi yang ada. Semua kita tahu, bahwa perekonomian Aceh minimnya industri olahan. Karenanya kita mendorong pelaku usaha di Aceh untuk fokus ke industri olahan, sebab nilai tambah yang dihasilkan lebih menjanjikan,” ujar Kakanwil DJBC Aceh.
Karenanya, untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional, industri olahan harus terus didorong, agar mendatangkan nilai lebih.
Lebih jauh, sinergisitas semua pihak adalah kunci. Aceh, menurut Kakanwil DJBC, tak boleh lagi bertumpu pada ‘ekonomi mentah’.
Safuadi mengatakan, meski di situasi sulit pandemi Covid-19, ia mengajak semua pihak bersinergi, untuk pemulihan ekonomi nasional. Hal ini sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo.
“Kami atas arahan presiden, diminta selangkah ke depan untuk memulihkan ekonomi, bahkan jemput bola,” kata Safuadi.
Karena itu, ia berpandangan, salah satu kuncinya adalah sinergitas universitas dengan sektor ril. Safuadi ingin mendorong kampus, bagaimana menggerakkan fresh graduate, yang belum punya pekerjaan, untuk terlibat melalui kegiatan ekonomi produktif yang kreatif.
Sementara Wakil Rektor I USK Prof Dr Ir Marwan menyambut baik ajakan DJBC Aceh. Ia juga mengapresiasi kegiatan Customs Goes to Campus dengan spirit ‘Mendukung Riset dan Pengembangan’. Ia menyampaikan, saat ini di USK, produk olahan yang siap dari hulu ke hilir adalah produk turunan dari nilam Aceh.
“Baru-baru ini kami baru saja kerja sama dengan PT POS Indonesia, untuk memudahkan ekspor produk nilam ke luar negeri, terutama ke Malaysia dan Timur Tengah,” Kata Warek I USK.
Prof Marwan menyampaikan, ke depan, sinergisitas semua pihak, salah satunya Bea Cukai, diharapkan dapat memudahkan ekspor produk olahan dari Aceh. Hal ini berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di bumi Serambi Mekkah.
“Terima kasih untuk Bea Cukai Aceh yang telah membuka jalan bagi kita, sehingga proses ekspor menjadi lebih mudah. Mendudukkan semua orang untuk memudahkan akses serta kolaborasi, memang tidaklah mudah. Saya kira ini tantangan kita,” tutur Prof Marwan. (IA)