Nova: Tahan Barang Keluar, Aceh Mampu Hadapi Dampak Krisis Pangan
Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah menjadi keynote speaker pada diskusi ‘Keberlangsungan Ekonomi Aceh Pasca Ditetapkan Sistem Normal Baru’ di Balai Sidang Fakultas Ekonomi Unsyiah, Selasa (28/7).
Banda Aceh – Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi di tengah merebaknya pandemi Coronavirus Disease (Covid-19), salah satu hal terpenting yang perlu diperhatikan semua pihak tak terkecuali Pemerintah Aceh.
“Dalam kondisi ini kita harus antisipatif. Semua negara bahkan pada skala provinsi akan mengunci dirinya. Tidak ada barang yang keluar,” kata Nova dalam diskusi terkait arah ekonomi Aceh pasca ditetapkan sistem normal baru, di Kampus Fakultas Ekonomi Unsyiah, Selasa (28/7).
Resesi ekonomi adalah kondisi perekonomian sebuah wilayah yang kondisi ekonomi masyarakatnya memburuk. Ditandai berkurangnya produksi, melemahnya pendapatan, meroket atau merosotnya harga barang, dan bertambahnya pengangguran.
Berbagai negara yang terpapar covid-19 dihantui resesi ekonomi. Dua diantara negara yang masuk dalam jurang resesi ini adalah Singapura dan Korea Selatan.
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), badan di bawah PBB telah mengeluarkan peringatan krisis pangan akan menghantui dunia. Namun demikian, Nova yakin Aceh akan mampu menghadapi dampak krisis pangan tersebut.
Untuk menghadapi kekhawatiran resesi ekonomi yang salah satunya krisis pangan, butuh manajemen yang baik. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah menjadi hal utama.
Jika resesi terjadi, akan memunculkan kondisi kerawanan sosial. Dimana basic insting dari manusia akan keluar ketika resesi terjadi.
“Kondisi seperti ini haruslah kita respon dengan kerja kolaboratif dan saling supporting,” kata Nova. Kebijakan yang sporadis pun kadang harus ditempuh oleh pemerintah untuk menghindari terjadinya resesi ini.
Salah satu yang telah ditempuh Pemerintah Aceh meresmikan Gerakan Aceh Mandiri Pangan (Gampang). Gerakan ini dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mendukung percepatan penanganan dampak Covid-19 di Aceh.
“Kita kolaboratif, bersatu dan dukung pemerintah sama-sama menangani covid-19. Tidak ada angka-angka yang bisa kita banggakan. Yang penting rakyat harus punya sense of crisis. Saling percaya dan saling menjaga. Semua pihak menahan diri untuk tidak keluar dari pakem yang tidak terkendali ini,” ujar Nova.
Keyakinan Nova bahwa Aceh akan mampu menghadapi hantu resesi diamini Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Zainal Arifin Lubis. Ia mengatakan Aceh dengan komoditas yang ada akan mampu menghadapi krisis pangan kalaupun itu terjadi di Indonesia.
“Aceh adalah sumber pangan. Kalaupun terjadi krisis pangan saya yakin Aceh bisa survive,” terang Zainal Arifin.
Zainal Arifin dalam makalahnya terkait peluang ekonomi Aceh, menyebutkan Aceh punya keunggulan pada tiga subsektor yaitu pertanian, perikanan dan tourism. Peningkatan perekonomian pada ketiga hal ini perlu diintervensi pemerintah, karena di situlah kantong kemiskinan terjadi.
“Kantong pekerjaan sebagian besar orang Aceh ada di tiga tempat itu. Karenanya pengembangan pada tiga subsektor itu bisa membuat Aceh menjadi daerah yang mandiri,” sebut Zainal Arifin.
Zainal menjelaskan, pemerintah harus mulai mengubah struktur ekonomi yaitu menfokuskan pada tiga sektor tersebut.
“Lakukan pengembangan ekonomi terintegrasi dengan komoditi unggulan Aceh yang laku di pasar nasional dan internasional,” kata dia. Selain itu, optimalisasi anggaran juga perlu dilakukan. (IA)
Tinggalkan Balasan