BANDA ACEH – Pasokan minyak goreng ke Aceh selama ini sangat tergantung dari Sumatera Utara (Sumut), karena distributor utamanya ada di provinsi tetangga tetangga tersebut.
Adapun sub distributor Aceh, apabila membeli minyak goreng harus mengambilnya di Sumut melalui distributor utama, sehingga harga tebus juga tidak menentu.
Hal itu mengakibatkan harga jual eceran di Aceh tidak terkendali dan tinggi, yang rata-rata diterima oleh konsumen Rp 15.000 sampai Rp 16.000 per lter, sementara yang kemasan Rp. 19.000 sampai Rp. 21.000 per liter.
Kondisi tersebut terungkap dalam rapat koordinasi (Rakor) Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi dengan Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Aceh terkait implementasi harga eceran tertinggi dan pasokan minyak goreng di Aceh, Sabtu (26/2).
Rapat yang berlangsung di Meuligoe Gubernur Aceh itu diikuti oleh Sekda Aceh Taqwallah, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Aceh Mohd. Tanwier serta perwakilan pemerintah kabupaten/kota se-Aceh.
Sekda Taqwallah mengatakan, seharusnya, penjualan di tingkat eceran di Aceh diterima oleh konsumen akhir sesuai harga eceran tertinggi (HET), yaitu Premium Rp 14.000 per liter, Sederhana Rp 13.500 per liter, dan Curah Rp 11.500 per liter.
Taqwallah dalam penyampaiannya di hadapan Menteri Perdagangan mengatakan, sejak berlakunya Permendag Nomor 6 Tahun 2022, kondisi saat ini minyak goreng mengalami kelangkaan dan harga yang tidak terkendali di Aceh.
Taqwallah melaporkan, hasil pemantauan Dinas Perindag Aceh beserta Tim Kemendag RI ke ritel modern dan pasar tradisional sampai dengan 24 Februari 2022, minyak goreng yang sudah masuk ke Aceh dari berbagai merek kemasan sebanyak 93.328 liter dan minyak curah 58.800 liter dengan total 152.128 liter.
“Sementara kebutuhan Aceh per hari sebanyak 296.274 liter, sehingga sisa yang dibutuhkan 144.146 liter atau 48,65 %,” kata Taqwallah.
Lebih lanjut, kata Taqwallah, pasokan stok minyak goreng kemasan di ritel modern hanya 10 kotak atau 120 kg per dua hari. Jumlah itu disebut tidak mencukupi kebutuhan, dimana minyak goreng langsung habis terjual begitu masuk ritel dan harus menunggu satu minggu untuk dipesan kembali oleh distributor.
Demikian juga halnya dengan minyak curah, persediaannya disebut tidak mencukupi hingga menjadi langka.
Menteri Perdagangan Pastikan Distribusi Migor akan Normal
Sementara itu Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi dalam penjelasannya usai berlangsungnya rakor menyebutkan, peredaran minyak goreng di Aceh akan segera normal dalam beberapa hari ke depan.
Ia menyebutkan, sebenarnya minyak goreng di Aceh tersedia, hanya saja harga yang beredar tidak sesuai dengan harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.
“Karena mungkin suplai dan distribusi minyak goreng belum sempurna sesuai sebelum ditetapkannya Permendag Nomor 6,” kata Menteri Lutfi.
Oleh sebab itu, lanjut Menteri Luthfi, pihaknya melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh akan memastikan suplai dan distribusi minyak goreng di Aceh lancar dan harganya akan berangsur normal dalam seminggu ke depan.
“Pokoknya dalam tiga hari ke depan ini akan (disuplai) 200 ribu liter minyak goreng curah,” kata Menteri Lutfi.
Menteri Luthfi juga memastikan peredaran minyak goreng dan kebutuhan lainnya di bulan Ramadhan nanti akan normal. (IA)