Bank Indonesia (BI)
JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sebesar US$ 407, 5 miliar atau tumbuh 5,4% year-on-year (yoy) per Februari 2020.
Pertumbuhan ULN Indonesia mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 7,6% yoy. Posisi ULN Indonesia juga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 410,8 miliar.
“Perkembangan tersebut terutama didorong oleh perlambatan ULN publik,” terang BI, Rabu (15/4).
Akhir Februari, ULN pemerintah tercatat sebesar US$ 200, 6 miliar atau tumbuh 5,1% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 9,5% yoy.
BI menjelaskan, penurunan ULN pemerintah dipengaruhi sentimen global sebagai dampak pandemi Covid-19 yang meluas sehingga mendorong arus modal keluar dari pasar surat berharga negara (SBN) domestik.
Sebaliknya, ULN swasta tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,9% yoy. BI mencatat, ULN swasta per akhir Februari mencapai US$ 204,2 miliar.
ULN lembaga keuangan tumbuh meningkat dari 0,3% yoy pada Januari menjadi 2,7% yoy pada Februari. Sementara, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan tumbuh 6,9% yoy, melambat dari 7,7% yoy pada Januari.
Adapun, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Februari 2020 tercatat sebesar 35,9%, menurun dari rasio bulan sebelumnya yaitu 36,3%.
Struktur ULN Indonesia saat ini masih didominasi utang berjangka panjang dengan porsi 89,2% dari total ULN.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian,” tandas BI.[*]
//kontan.co.id