Banda Aceh — Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Aceh Besar menuntut Terdakwa MA (31 tahun) dan DP (35 tahun), ayah dan paman kandung dalam perkara pemerkosaan terhadap anak kandung masing-masing 200 bulan atau 16 tahun enam bulan penjara.
Tuntutan tersebut dibacakan oleh JPU dalam persidangan pada hari ini, Selasa (23/3) di Ruang Sidang Utama Mahkamah Syar’iyah Jantho.
Dalam tuntutannya JPU Kejari Jantho Muhadir SH menyampaikan bahwa kedua Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan jarimah pemerkosaan terhadap orang yang memiliki hubungan mahram dengannya sebagaimana ketentuan Pasal 49 Qanun Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
Ketua Mahkamah Syar’iyah Jantho, melalui Humasnya Tgk Murtadha Lc mengatakan bahwa berdasarkan hukum acara jinayat, terhadap tuntutan JPU tersebut Terdakwa mempunyai hak untuk membela diri dan mejelis hakim memberi kesempatan kepada masing-masing terdakwa untuk mengajukan pembelaan (pledoi) pada sidang 30 Maret 2021 yang akan datang.
Para Terdakwa yang didampingi oleh Penasehat Hukumnya menyatakan sangat keberatan dengan tuntutan JPU Kejari Aceh Besar dan akan mengajukan pledoi (pembelaan) pada sidang selanjutnya.
Sebagaimana diketahui, perkara ini sempat menghebohkan masyarakat Aceh Besar, karena kasus tersebut merupakan Inses (korban dan pelaku masih bertalian darah ( mahram) keluarga.
Berdasarkan dakwaan JPU kejadian pemerkosaan tersebut terjadi pada bulan Agustus tahun 2020 di salah satu gampong dalam wilayah Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.
Adapun kedua tersangka berinisial MA (31) warga Kecamatan Lhoknga, yang merupakan ayah kandung korban sebut saja namanya melati, bukan nama sebenarnya, digarap ayah kandungnya sendiri bersama saudara kandung ayahnya berinisia DP (35) yang merupakan paman korban.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Aceh Besar Rajendra D Wiritanaya SH didampingi Kasi Pidum, Agus Kelana Putra SH MH mengatakan, JPU menuntut maksimal kedua terdakwa kasus pencabulan yakni ayah dan paman kandung pemerkosa anak kandung.
Disebutkannya, pada Senin (3/8/2020) sekitar pukul 23.30 WIB malam dan pada hari Rabu (5/8/2020) sekitar pukul 23.00 Wib atau setidak- tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Agustus 2020 bertempat di rumah terdakwa di Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar dengan sengaja melakukan jarimah pemerkosaan terhadap orang yang memiliki hubungan mahram dengannya yaitu anak korban sebut saja namanya Melati.
Perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa terhadap anak kandungnya yang sedang tidur di kamar rumah terdakwa.
Kemudian datang terdakwa menghampiri korban mengajak keluar dari dalam kamar dan duduk di ruangan televisi bersama dengan terdakwa.
Pada saat terdakwa dan korban yang tidak lain adalah anak kandungnya berada di ruangan nonto televisi tersebut, terdakwa langsung membuka baju dan celana yang digunakan oleh korban.
Setelah itu terdakwa juga membuka baju dan celana yang digunakan oleh terdakwa dan ini berulangkali dilakukan di hari yang berbeda. Sementara itu, tersangka lain juga merupakan paman kandung korban (abang ayah korban) melakukan pemerkosaan terhadap dirinya pada Selasa (4/8/2020) di kamar terdakwa.
Korban juga sempat diancam dibacok terdakwa apabila menolak ajakannya dan juga mengancam agar tidak mengatakan kepada ayah kandungnya terhadap perbuatan yang dilakukan terdakwa.
Menurut Agus Kelana Putra, kedua terdakwa melakukan perbuatan biadapnya berulangkali. Tersangka ayah kandung korban melakukan pemerkosaan sebanyak dua kali, sedangkan tersangka DP, yang merupakan paman korban melakukan perbuatan pemerkosaan sebanyak lima kali.
Perbuatan biadab itu dilakukan setelah ibu korban meninggal dunia pada April tahun 2020.
Perbuatan kedua terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 49 Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang hukum jinayat dengan ancaman maksimal 16 tahun enam bulan penjara. (IA)