Oleh: dr Munzirul Akbar*
EPILEPSI merupakan satu kesatuan klinik yang bersifat heterogen dengan berbagai macam penyebab, berbagai macam sistem telah dikembangkan untuk menjelaskan seluk-beluk epilepsi.
Epilepsi merupakan penyakit saraf yang mengenai seluruh lapisan masyarakat diseluruh dunia. Epilepsi merupakan penyakit tertua yang dicirikan dengan bangkitan yang berulang kali.
Epilepsi dipercaya oleh masyarakat awam di seluruh dunia sebagai penyakit yang disebabkan oleh kekuatan supranatural, kata epilepsi sendiri berasal dari bahasa Yunani “Epilambanein” yang berarti merampas atau menyerang. Tetapi untuk seterusnya digunakan istilah ‘’bangkitan epileptik’’ sebagai padanan epileptic seizure.
Koleksi gangguan fungsi otak yang beraneka ragam atau badai listrik diotak dapat dikatakan gangguan fungsi otak yang dicirikan oleh gangguan pola gerakan tubuh.
Biasanya anggota gerak atas dan bawah memiliki pola gerakan yang khas dari lengan yang menekuk atau munculnya kekakuan. Bahkan terkadang beberapa dari penderita tanpa sadarkan diri dan mengeluarkan air liur serta urin tanpa dikehendaki. Hal ini semua disebabkan keseimbangan eksitasi dan inhibisi yang cenderung ke eksitasi yang tidak terkontrol.
Riwayat epilepsi dapat dinilai bila adanya satu bangkitan atau adanya riwayat keluarga, riwayat perubahan pada gambaran pemeriksaan rekaman otak (EEG). Ataupun adanya perubahan yang terus berlangsung di otak yang meningkatkan kemungkinan munculnya bangkitan diwaktu akan datang. Serta berbagai macam penyebab yang muncul pada penderita seperti pancaran cahaya yang tajam.
Berbagai macam hal pun dapat memicu epilepsi bahkan yang tidak terpikirkan sekalipun, salah satunya cahaya yang tajam atau mencolok. Seperti lampu laser pancaran cahaya televisi dapat memicu epilepsi, tidak hanya itu saja masyarakat saat ini terutama pada era digital pengaruh cahaya ponsel pun sangat berkontribusi pada munculnya bangkitan.
Penyebab epilepsi ada berbagai macam ada epilepsi yang tidak diketahui penyebabnya yaitu klinisi telah melakukan upaya pemeriksaan penunjang dari penyebab epilepsi tersebut.
Namun hasil pemeriksaan tidak menunjukkan kelainan, pada epilepsi kriptogenik pada kelompok ini dicurigai adanya faktor penyebab tetapi biasanya tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan spesifik.
Pada epilepsi simtomatik faktor penyebab dapat diidentifikasi, missal penderita mengalami kejadian trauma kepala, penyakit serebrovaskular, meningitis, ensefalitis, tumor otak atau cedera persalinan yang dapat mengakibatkan kurangnya suplai oksigen ke jaringan otak bayi. Sehingga dapat terjadi kematian jaringan otak permanen.
Dalam penyakit epilepsi ada istilah status epileptikus yang mana merupakan suatu istilah suatu munculnya bangkitan berkepanjangan, dimana durasi bangkitan bertambah lebih lama tanpa adanya pemulihan kesadaran. Bangkitan dapat muncul spontan dan berulang, pada epilepsi dapat mengenai area satu sisi yaitu fokal ataupun menyeluruh disebut epilepsi umum.
Secara umum bangkitan epileptic merupakan akibat dari gangguan sumber dan aktivitas listrik di korteks otak, peranan konsentrasi elektrolit natrium dan kalium dapat merubah neuron dan merangsang bangkitan. Terjadi hipersinkroni dan muncul cetusan listrik abnormal, tanda epilepsi dapat dilihat pada pemeriksaan EEG terdapatnya gelombang paku dan dari seluruh penderita epilepsi parsial berasal dari lobus temporal yaitu lobus pada bagian kiri dan kanan otak.
Pada eksitasi atau pada peningkatan dipengaruhi oleh neurotransmitter disebut juga sebagai media yang menstransmisikan listrik yaitu GLUTAMAT. Sedangkan yang dapat menghambat atau disebut juga inhibisi dipengaruhi oleh neurotransmitter GABA, ketidakseimbangan antara glutamat dan gaba yang terus terjadi dapat mengakibatkan status epileptikus.
Penurunan kesadaran pada penderita epilepsi diakibatkan karena terjadi gangguan yang mengenai korteks serebri yang menimbulkan kejang sedangkan kesadaran berkontribusi pada aktivasi reticular di batang otak.
Gejala penyerta yang paling umum pada epilepsi yaitu bangkitan dapat mengenai fungsi sensorik dan motorik serta otonom atau hal yang tanpa disengaja seperti buang air kecil.
Memang tidak semua gejala dapat muncul tetapi salah satu dari gejala sensorik tersebut dapat muncul salah satunya pendengaran, pengecapan, penglihatan dan keseimbangan sesekali dapat terganggu saat terjadinya bangkitan. Pada seseorang yang sedang menonton televisi dengan sebelumnya tidak ada gejala apapun dapat memicu bangkitan dari pengaruh sorotan cahaya tersebut yang ditangkap secara visual.
Dapat disebut epilepsi fotosensitif yang mana sensitive terhadap pada paparan cahaya tajam, bangkitan parsial sederhana dapat terjadi pada epilepsi fotosensitif contoh pada saat penderita terpapar cahaya yang tajam maka bangkitan yang muncul bergantung pada area otak mana yang terkena.
Bila terjadi kehilangan kesadaran tetapi gerakan tubuh hanya sebagian maka dikatakan epilepsi parsial komplek dengan pemicu fotosensitif dan ketidakseimbangan aliran listrik pada temporal bagian otak.
Namun apabila mucul sensitivitas cahaya tersebut tidak mengakibatkan penurunan kesadaran maka tetap disebutkan epilepsi parsial sederhana. Tetapi walaupun begitu ada juga bangkitan yang diawal hanya ada pada sebagian tubuh namun seiring perkembangan bangkitan tersebut menjadi seluruh tubuh, disebut bangkitan umum sekunder namun dipicu oleh sensitivitas cahaya.
Pada bangkitan parsial sederhana penderita tidak mengalami gangguan kesadaran tetapi dapat mengalami kebingungan, gerakan sentakan rasa geli dan halusinasi ringan serta respon ekstrim pada pengecapan dan penciuman dan biasanya setelah bangkitan pasien selalu memiliki respon kelemahan otot yang bersifat sementara.
Epilepsi umum biasa disebabkan oleh gangguan neuron yang terjadi secara difus pada area yang lebih luas, dimana diketemukan kontraksi otot-otot pada anggota gerak atas maupun bawah disertai penurunan kesadaran.
Yang biasanya kehilangan kesadaran tanpa peringatan, serta kehilangan kontrol terhadap buang air kecil dan air besar saat muculnya kekakuan pada tubuh.
Gejala automatisme sering terjadi pada penderita gangguan kesadaran pada saat bangkitan, pada penderita yang sensitive terhadap cahaya yang tajam mohon dihindari dari segala bentuk cahaya berwarna terang yang dapat merangsang munculnya bangkitan. Termasuk api, sorotan lampu terlalu tajam dan hal-hal pemicu ketajaman penglihatan lainnya wajib dihindari.
Tujuan dari pengobatan adalah menghilangkan bangkitan tanpa efek samping, pengaruh terhadap masing-masing kebutuhan individu terutama pada pengonsumsi kb hormonal ada yang harus dipertimbangkan.
Walaupun beberapa dari obat anti epilepsi tidak mengganggu kinerja obat kontrasepsi tersebut, obat tunggal biasanya digunakan untuk meminimalkan gejala dan dosis telah disesuaikan sesuai kebutuhan.
Bila kejang terus berlanjut dosis harus ditingkatkan sampai dosis maksimal sebelum ditukar dengan jenis obat epilepsi lain, bila gejala terus terjadi maka kombinasi dua obat dilakukan. Beberapa obat seperti asam valproate dan carbamazepine masuk dalam kategori pilihan meskipun setiap obat memiliki efek samping.
Penghentian pengobatan dilakukan bila penderita sudah dua tahun bebas bangkitan, obat yang dihentikan dimulai dari obat yang bukan obat utama apabila penderita mendapatkan lebih dari satu obat. Obat utama dihentikan secara bertahap mulai dari 3 bulan hingga 6 bulan dengan penurunan dosis 25% dari dosis pertama.
Apabila penderita muncul kembali bangkitan, obat diberikan seperti obat yang memberikan efek positif pada penderita sebelum obat tersebut dihentikan, pada saat remisi bangkitan dalam 2 tahun.
*Penulis bertugas di RSUD Satelit Aceh Besar