Finlandia-Swedia Gabung NATO, Putin Ancam Kerahkan Senjata Nuklir
JAKARTA — Presiden Vladimir Putin memperingatkan Barat pada hari Senin (16/5) bahwa Rusia akan menanggapi jika NATO mulai memperkuat infrastruktur militer Swedia dan Finlandia.
Kedua negara ini telah memutuskan untuk bergabung dengan aliansi militer AS setelah invasi ke Ukraina.
Putin, pemimpin tertinggi Rusia sejak hari terakhir tahun 1999, telah berulang kali mengutip perluasan aliansi NATO pasca-Soviet ke arah timur menuju perbatasan Rusia sebagai alasan konflik Ukraina, dilansir dari CNBC Indonesia.
Berbicara kepada para pemimpin aliansi militer yang didominasi Rusia dari negara-negara bekas Soviet, Putin mengatakan perluasan NATO digunakan oleh Amerika Serikat dengan cara “agresif” untuk memperburuk situasi keamanan global yang sudah sulit.
Rusia, kata Putin, tidak memiliki masalah dengan Finlandia atau Swedia, sehingga tidak ada ancaman langsung dari perluasan NATO yang mencakup negara-negara tersebut.
“Tetapi perluasan infrastruktur militer ke wilayah ini tentu akan memancing tanggapan kami,” kata Putin kepada para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, yang meliputi Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan dilansir dari Reuters.
“Apa (respon) itu – kita akan melihat ancaman apa yang diciptakan untuk kita,” kata Putin di Istana Grand Kremlin.
“Masalah diciptakan tanpa alasan sama sekali. Kami akan bereaksi sesuai dengan itu.”
Rusia telah memberikan beberapa petunjuk spesifik tentang apa yang akan dilakukan dalam menanggapi perluasan Nordik NATO, konsekuensi strategis terbesar dari invasi Rusia ke Ukraina hingga saat ini.
Salah satu sekutu terdekat Putin, mantan Presiden Dmitry Medvedev, mengatakan bulan lalu bahwa Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir dan rudal hipersonik di eksklave Rusia Kaliningrad jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.
Putin mengatakan “operasi militer khusus” di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia melalui perluasan NATO dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia.