G7 Desak Rusia Terima Gencatan Senjata, Ancam Kenakan Sanksi Baru
Pada Jumat, Menteri Luar Negeri Kanada, Malie Joly, menyatakan, “Semua menteri luar negeri G7 mendukung usulan gencatan senjata dari Amerika yang telah disetujui oleh Ukraina,” dan saat ini fokus utama adalah menunggu tanggapan dari Rusia.
Ia menambahkan, “Bola sekarang ada di tangan Rusia jika menyangkut Ukraina.”
Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyampaikan pandangan serupa dalam wawancara dengan media, dengan menegaskan, “Ada kesepakatan bersama bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk gencatan senjata tanpa syarat. Ukraina telah menyatakan posisinya, dan kini saatnya Rusia menerimanya.”
“Lammy juga mencatat bahwa ‘koalisi sukarela’ sedang dibentuk untuk menyediakan Ukraina dengan ‘struktur keamanan’ serta mekanisme pemantauan yang diperlukan guna mendukung gencatan senjata.”
Pernyataan bersama G7 tersebut disampaikan ketika Kremlin menyatakan bahwa masih ada banyak hal yang perlu diselesaikan dalam kesepakatan gencatan senjata Ukraina, mengindikasikan ketidaksiapannya untuk sepenuhnya mendukung proposal Amerika.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Putin masih menunggu jawaban setelah mengajukan beberapa pertanyaan tentang implementasi gencatan senjata.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak tanggapan Putin dengan menyebutnya sebagai upaya “sengaja” menetapkan syarat yang mempersulit serta “memperlambat proses.”
“Gencatan senjata sementara tanpa syarat selama 30 hari adalah langkah awal yang penting untuk membawa kita lebih dekat menuju perdamaian yang adil dan abadi,” tulis Zelenskyy pada Rabu dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.
Para menteri luar negeri dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat berkumpul di Charlevoix, Quebec, untuk menghadiri pembicaraan G7.
China
Selain Ukraina, para menteri luar negeri G7 juga membahas peran China dalam keamanan global, stabilitas kawasan Samudra Hindia dan Pasifik, serta keamanan maritim secara tertutup.
Pada Jumat, para menteri luar negeri G7 menggelar sesi khusus untuk membahas tantangan strategis yang ditimbulkan oleh China, Korea Utara, Iran, dan Rusia. Kolaborasi anti-Barat yang terus berkembang di antara keempat negara ini kerap disebut oleh analis kebijakan luar negeri dan pejabat militer sebagai “Poros Pergolakan.”