Gila Massal di Israel! Gangguan Mental Warga Melonjak 350% akibat Serangan Rudal Iran
Di beberapa lokasi, warga yang hendak keluar dari shelter justru dihalangi oleh pasukan keamanan.
Kekacauan makin parah, ketakutan berubah jadi kekalutan. Beberapa bahkan berebut ruang di bunker sambil membawa anak-anak mereka yang ketakutan.
Sementara itu, pemerintah memberlakukan sensor ketat atas dokumentasi kejadian.
Warga yang mengunggah rekaman serangan rudal langsung ditangkap dan media asing dilarang menyiarkan langsung gambaran kehancuran.
Bahkan jika melihat langsung update di media sosial Snapchat, media populer di Timur Tengah, tidak ada aktivitas terbaru dari kawasan Israel, Tel Aviv dan sekitarnya.
Lebih parah lagi, warga tidak lagi percaya pada keamanan negaranya sendiri
“Saya naik atap untuk melihat rudal. Saya lihat kilat dan ledakan. Tapi tidak ada berita apapun. Mungkin mereka tidak mau kita tahu betapa dekatnya kehancuran itu.” ungkap warga korban perang Israel-Iran dikutip Aljazeera.
Di balik suara ledakan dan puing bangunan yang berserakan, ada suara yang jauh lebih sunyi tapi lebih menakutkan. Jeritan batin rakyat Israel.
Pusat Trauma Israel Terima Banyak Panggilan
Sebuah laporan dari media Ibrani Maariv mengungkapkan fakta mengejutkan. Dalam hitungan jam setelah serangan rudal Iran, jumlah panggilan ke pusat bantuan trauma di Israel meningkat hingga 350%.
Asosiasi Pusat Trauma Israel menyebut bahwa masyarakat kini mengalami tekanan mental luar biasa.
Gejala yang dilaporkan serangan panik, gemetar tanpa henti, tangis histeris, detak jantung tak terkendali, dan rasa takut yang melumpuhkan.
Banyak yang bahkan tidak berani keluar dari bunker selama berjam-jam meskipun sudah tidak ada peringatan bahaya.
“Orang-orang menelepon sambil menangis. Mereka bilang mereka merasa kehilangan kendali atas hidup mereka sendiri. Beberapa terlalu takut untuk membuka pintu.” jelas Direktur Jenderal Asosiasi, Efrat Shafrut.
Efek psikologisnya meluas ke seluruh lapisan masyarakat dari anak-anak, orang tua hingga diaspora Yahudi di luar negeri.
Media-media Israel pun berubah haluan. Jika biasanya mereka tampil dengan nada agresif, penuh kebanggaan militer, kali ini isi berita dipenuhi gambaran tangisan, rumah runtuh, dan korban sipil.