ISTAMBUL — Presiden Turki petahana, Recep Tayyip Erdogan memimpin persaingan dengan meraih 54,78% suara di penghitungan Pilpres Turki putaran kedua ini, Ahad (28/5/2023).
Hasil sementara, kantor berita resmi Anadolu Turki menunjukkan Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan unggul saat 96% kotak suara telah dihitung dalam putaran kedua pemilihan presiden, yang akan menentukan apakah pemimpin jangka panjang negara ini akan memperpanjang masa kekuasaannya menjadi tiga dekade hingga 2028.
Dilansir AFP, Senin (29/5/2023), total suarat suara yang telah dihitung sebanyak 96 persen. Erdogan telah memenangkan 54,78 persen suara, sementara lawannya Kemal Kilicdaroglu meraih 45,22 persen.
Untuk diketahui, pilpres putaran kedua ini digelar setelah pemilihan yang pertama pada 14 Mei lalu gagal menentukan capres pemenang.
Sebab, kala itu tidak ada capres yang mampu meraup perolehan suara di atas 50 persen.
Erdogan unggul tipis dengan selisih lima poin atas capres oposisi Kemal Kilicdaroglu dalam pertarungan pilpres yang ketat dua pekan lalu.
Hasil pilpres putaran utama menunjukkan 49,5 persen suara diraup Erdogan dan 44,9 persen suara diraup Kilicdaroglu.
Capres nasionalis Sinan Ogan berada di urutan ketiga dengan 5,2 persen suara dukungan dan tereliminasi untuk mengikuti putaran kedua.
Hasil pilpres putaran pertama itu mengacaukan harapan para lembaga survei yang menempatkan Kilicdaroglu di posisi teratas.
Dalam putaran kedua ini, para pemilih sah akan menentukan apakah Erdogan atau Kilicdaroglu yang akan memimpin Turki untuk lima tahun ke depan.
Tak hanya itu, pilpres ini juga akan menentukan bagaimana negara itu dikelola, ke mana arah ekonominya di tengah krisis biaya hidup yang parah, dan bagaimana bentuk kebijakan luar negerinya.
Putaran kedua Pemilihan Presiden Turki melibatkan 64 juta pemilih. Per Pukul 23.40 WIB, dengan 97% kotak suara dihitung dan 51 juta suara sah, Erdogan memimpin dengan 26,6 juta suara sementara Kilicdaroglu 24,3 juta suara.
Hasil ini dapat memiliki implikasi yang jauh melampaui Ankara. Turki berada di persimpangan antara Eropa dan Asia, dan memainkan peran penting dalam NATO.
Pemerintahan Erdogan memveto upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO dan membeli sistem pertahanan peluru kendali Rusia, yang menyebabkan Amerika Serikat mengeluarkan Turki dari proyek pesawat tempur yang dipimpin AS.
Namun, Turki juga membantu menyelenggarakan kesepakatan penting yang memungkinkan pengiriman gandum Ukraina dan menghindari krisis pangan global.
Hasil awal yang berbeda juga dilaporkan dalam pemilihan 14 Mei lalu. Lembaga berita yang bersaing memperoleh data mereka dari perhitungan kotak suara yang telah selesai dihimpun oleh personel di lapangan, dan kuat di wilayah yang berbeda, menjelaskan variasi data awal ini.
Angka-angka dari Anadolu dipertanyakan dalam pemilihan putaran pertama 14 Mei oleh politisi oposisi, yang mengatakan bahwa lembaga berita tersebut memihak Erdogan.
Anadolu menolak tuduhan tersebut dan hasil akhir tidak mengungkapkan adanya ketidaksesuaian. Erdogan unggul lebih dari 4% dari Kilicdaroglu, tetapi hanya sedikit kurang untuk meraih kemenangan mutlak, sehingga memicu putaran kedua pada hari Ahad (28/5). (IA/AFP)