Turki menekankan tak seorang pun berhak komentari kebebasan beragama di Turki
ANKARA — Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Kamis mengatakan situs bersejarah Hagia Sophia di Istanbul “bukan urusan internasional, tetapi masalah kedaulatan nasional.”
Cavusoglu menanggapi perdebatan baru-baru ini tentang kemungkinan pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid, dia mengatakan situs populer itu awalnya adalah sebuah masjid setelah Sultan Ottoman Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel atau Istanbul.
Menlu Turki menekankan bahwa tak seorang pun berhak mengomentari kebebasan beragama di Turki, dia menyoroti langkah-langkah kemajuan yang diambil pemerintah dalam 20 tahun terakhir terhadap berbagai minoritas di negara itu.
Menteri Turki Cavusoglu juga mengecam Amerika Serikat (AS) atas Laporan 2019 tentang Kebebasan Beragama Internasional yang diterbitkan negara itu baru-baru ini.
“Suatu hal yang ‘tragis’ bagi AS untuk mengomentari kebebasan beragama dan hak asasi manusia,” ujar Cavusoglu mengomentari banyak muncul fenomena rasisme, permusuhan terhadap Islam, xenophobia dan serangan terhadap Muslim di AS.
Menteri Turki menanggapi situasi seperti itu sebagai sebuah rasa kebencian terhadap Turki dengan membuka perdebatan tentang Hagia Sophia yang sudah ditaklukkan 567 tahun lalu.
“Mereka sampai sekarang masih belum bisa menerimanya [sebagai sebuah kekalahan],” pungkas Cavusoglu.
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun.
Namun pada 1453, situs itu diubah menjadi masjid oleh Ottoman Sultan Muhammad II ketika menaklukkan Konstantinopel dan menjadikannya sebagai prasasti penaklukan Istanbul.
Setelah karya restorasi selama era Ottoman dan penambahan menara oleh arsitek Mimar Sinan, Hagia Sophia kini menjadi salah satu situs terpenting dalam arsitektur di dunia.
Situs itu diubah menjadi museum setelah Ottoman runtuh dan dilanjutkan dengan Republik Turki.
Erdogan menggarisbawahi bahwa Ottoman telah mengubah bangunan itu menjadi masjid ketimbang meruntuhkannya, namun dia menyayangkan banyak masjid yang dirobohkan di Yunani dan sekitarnya yang dahulu adalah bagian dari wilayah Ottoman.