Hari Ini Penduduk Bumi Capai 8 Miliar Manusia, Sumber Daya Terancam
Tingkat kematian anak sangat tinggi, dengan sepertiga dari total anak-anak meninggal sebelum ulang tahun pertama mereka, dan sepertiga lainnya sebelum mereka berusia 18 tahun.
Bayang-bayang kematian tak hanya membayangi manusia di masa tersebut, pada abad pertengahan umat manusia dilanda pandemi yang dikenal dengan Black Death.
Pandemi yang berawal dari Asia Tengah pada 1346 ini memusnahkan 60 persen populasi Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara hanya dalam waktu 8 tahun.
Pandemi Black Death membuat populasi manusia pada tahun 1300 hingga 1400 menurun dari 429 juta menjadi 374 juta orang.
Baru pada abad ke-19 atau tahun 1800-an populasi manusia melonjak pesat. Dalam 200 tahun terakhir populasi manusia melonjak 8 kali lipat dari 1 miliar orang menjadi 8 miliar orang saat ini.
Tanggal 15 November 2022 menjadi tonggak sejarah baru bagi kehidupan manusia, di mana populasi Bumi telah menembus angka delapan miliar manusia. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa masalah besarnya bukan terletak pada angka populasi, melainkan tingkat konsumsi sumber daya yang berlebihan oleh para penduduk terkaya di planet ini.
“Delapan miliar orang, ini adalah tonggak sejarah penting bagi kemanusiaan,” kata kepala Badan Kependudukan PBB Natalia Kanem, yang juga turut menyerukan adanya peningkatan harapan hidup serta jumlah kematian ibu dan anak yang semakin berkurang.
“Namun, saya menyadari momen ini mungkin tidak dapat dirayakan oleh semua orang. Beberapa menyatakan keprihatinannya bahwa dunia kita ini kelebihan penduduk. Menurut saya, banyaknya nyawa manusia bukanlah alasan untuk kita takut.”
Banyak ahli berpendapat bahwa padatnya populasi Bumi saat ini bukanlah masalah utamanya. Alih-alih fokus pada ketakutan akibat kelebihan penduduk, mereka justru menekankan topik permasalahan konsumsi sumber daya yang berlebihan oleh para oknum terkaya di planet ini.
“Terlalu banyak ini untuk siapa, berlebihan ini untuk apa? Jika Anda bertanya kepada saya, apakah saya terlalu berlebih? Saya rasa tidak,” kata Joel Cohen dari Laboratorium Populasi Universitas Rockefeller kepada media AFP.
Tinggalkan Balasan