Jakarta — Uni Emirat Arab (UEA) berencana mengembangkan beberapa proyek infrastruktur besar di Indonesia. Ini termasuk resor pariwisata bernilai jutaan dolar di provinsi paling barat Aceh, menurut konfirmasi dari menteri atas Emirat dan Indonesia.
Serangkaian perjanjian bisnis ditandatangani oleh kedua negara selama kunjungan Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Arab Emirat, Suhail Al-Mazroui di Jakarta pada hari Jum’at (05/03/2021).
Perjanjian tersebut adalah bagian dari kesepakatan senilai US$ 22,9 miliar yang ditandatangani selama kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo di Abu Dhabi pada bulan Januari tahun lalu.
Kesepakatan investasi, yang juga mencakup energi, infrastruktur dan pertambangan, dipandang sebagai yang terbesar dalam sejarah Indonesia.
Proyek pengembangan resor pariwisata, yang menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan bernilai antara US $ 300 juta dan US$ 500 juta.
Ini diharapkan akan dimulai di Kabupaten Aceh Singkil pada bulan Mei 2021 mendatang.
Aceh sendiri merupakan provinsi semi-otonom di ujung barat laut Pulau Sumatera, yang merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia mayoritas Muslim yang memberlakukan Syariah.
“Saya pikir dalam waktu dua bulan, kita bisa melihat kemajuan proyek ini di kawasan Aceh Singkil,” kata Luhut saat konferensi pers bersama dengan Al-Mazroui seperti dilansir CNBC Indonesia.
Meski demikian, para pihak berwenang belum mengungkapkan rincian lebih lanjut. Sementara, Al-Mazroui mengatakan bahwa beberapa pulau di lepas pantai utama Aceh telah diidentifikasi untuk resor tersebut.
“Mudah-mudahan tim bisa merampungkannya dan selanjutnya kita akan melangkah ke tahap selanjutnya untuk mendapatkan kesepakatan yang pasti,” katanya seperti dilansir Arab News.
Perjanjian proyek tersebut ditandatangani oleh Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Amine Abide, Direktur Eksekutif Murban Energy, sebuah perusahaan UEA yang portofolio investasi mencakup pengembangan resor mewah di Maladewa dan Seychelles.
Menurut pernyataan Duta Besar RI untuk UEA, Husin Bagis, salah satu pertimbangan untuk mengembangkan proyek di Aceh adalah hanya berjarak lima jam dari UEA dengan menggunakan pesawat.
Dia mengatakan Abide telah mengunjungi sembilan pulau di Kabupaten Aceh Singkil yang masuk dalam daftar proyek.
Selain penandatanganan kerja sama pariwisata ada beberapa perjanjian kerja sama bisnis lainnya yang diteken. Seperti proyek strategis, misalnya saja kerja sama join venture antara perusahaan pelabuhan UAE Dubai Port World (DP World) dan PT Maspion dari Indonesia untuk mengembangkan pelabuhan dan kawasan industri di Gresik, Jawa Timur sebesar US $ 1,2 miliar (Rp 16,8 triliun).
Kesepakatan lain yang ditandatangani pada hari Jum’at, kata Panjaitan, termasuk kesepakatan antara produsen senjata milik negara Indonesia Pindad dan produsen senjata kecil UEA Caracal untuk mengembangkan senapan serbu, drone, dan teknologi sistem pertahanan.
LuLu Group International juga diharapkan memasuki negara Asia Tenggara, karena presiden direkturnya juga menandatangani perjanjian sewa properti pada hari Jumat untuk membuka hypermarket di Jakarta.
Menteri Al-Mazroui mengisyaratkan bahwa kesepakatan lain mungkin juga menyusul setelah hubungan ekonomi yang baru ditempa antara UEA dan Indonesia.
“Beberapa kesepakatan baru telah dipertimbangkan, yang sebelumnya tidak dibahas, dan inilah sifat hubungan tersebut,” katanya.
Al-Mazroui adalah pejabat pemerintah tingkat tinggi pertama dari UEA yang mengunjungi Indonesia sejak penandatanganan perjanjian koridor perjalanan aman bilateral pada Juli tahun lalu.
Ia dan anggota delegasinya berada di Indonesia untuk menghadiri rangkaian acara Indonesia-Emirati Amazing Week yang diadakan di Jakarta, Solo, Bandung, dan Surabaya pada 1-8 Maret. (IA)