Allahyarham Ismail Haniyyah: Singa Jalur Gaza Yang Ditakuti Zionis Israel
Pertanyaan, apakah pemimpin-pemimpin HAMAS itu tidak takut dibunuh oleh Zionis Israel, adalah hal yang sering bersarang dalam hati setiap orang yang mengikuti perjuangan Palestina.
Ismail Haniyyah bernama lengkap Ismail Abdussalam Ahmad Haniyyah. Lelaki yang menghabiskan masa kecil hingga remaja di kemah pengungsian akibat imbas penjajahan Zionis Israel, adalah kelahiran 23 Januari 1963.
Sejak menjadi mahasiswa di Universitas Islam Gaza, jurusan Sastra Arab, ia memimpin gerakan mahasiswa bernama “Barisan Islam”. Gerakan ini menjadi satu embrio lahirnya Harakah Muqawwamah Islamiyah atau yang sering disingkat HAMAS.
Hidup dalam melawan penjajahan Zionis Israel membuat ia kerap keluar masuk penjara. Tahun 1987 ia dipenjara oleh penjajah karena bergabung dan terlibat dalam gerakan Intifadhah.
Setelah bebas, setahun kemudian ia dijebloskan kembali selama enam bulan. Tahun 1989, karena bergabung dengan HAMAS, ia pun kembali masuk penjara. Setelah bebas, ia diasingkan ke Kota Maroj Zuhur, sebelah selatan Lebanon. Ia kembali ke Gaza pascaperjanjian Oslo tahun 1993.
Tahun 2006 adalah tahun yang manis bagi Ismail Haniyyah. Partai Al Ishlah yang ia pimpin memperoleh suara terbanyak pada pemilu parlemen Palestina. Tahun itu juga ia menjadi Perdana Menteri. Namun, secara sepihak Mahmoud Abbas membubarkan pemerintahan Haniyyah. Padahal ia baru setahun menjadi perdana menteri. Begitupun, ia tetap menjalankan pemerintahan.
Keinginannya untuk menghadirkan perdamaian dibuktikan dengan pengunduran diri secara resmi dari jabatan perdana menteri. Itu ia lakukan demi tercapainya persatuan politik antarfaksi di Palestina.
Itu terjadi di tahun 2014 dan dikenal sebagai “Tahun Rekonsiliasi Nasional Palestina”. Setelah itu, Ismail Haniyyah menjadi Kepala Biro Politik HAMAS.
Percobaan pembunuhan
Seperti yang saya sampaikan di atas soal upaya pembunuhan oleh Zionis Israel terhadap tokoh-tokoh pejuang Palestina (baca: HAMAS) sudah sering dilakukan. Tidak terkecuali terhadap Ismail Haniyyah.
Pada 6 September 2003, Zionis Israel menyerangnya dengan rudal. Ia selamat dan mengalami luka-luka. Di tanggal 20 Oktober 2006, rombongannya diberondong peluru dan Ismail Haniyyah beserta rekan-rekannya selamat.