Oleh: Teuku Alfian*
FENOMENA Tgk Kasem, orator penjual obat keliling di kaki lima saat ini menjadi sosok unik dan menarik di Aceh. Karena dianggap mewakili perasaan dan pikiran banyak orang dalam krisis ketidakpercayaan yang hampir merata di semua segmen kehidupan masyarakat.
Sebenarnya tidak ada yang berlebihan, normal saja profesi yang beliau lakoni, tapi bagaimana dia membahasakan tema-tema aktual kemasyakaratan yang berat dengan narasi sederhana dan penyampaian yang ringan, akhirnya menjadikan beliau semacam penyambung lidah rakyat
Secara personal, saya menaruh respek pada figur ini, apresiasi saya bahkan sampai pada tindakan refleks menabalkan sendiri gelar ‘Prof’ saat menuliskan namanya.
Penghargaan sepihak saya pada kesederhanaan logika lurusnya, dan upayanya menjaga kewarasan kolektif.
‘Prof’ Kasem ini otentik secara sosial. Dan perlu kesadaran kolektif utk menghargai dan menjaga otentikasi yang dimilikinya.
Tema-tema politik, sosial, ekonomi bahkan geopolitik bisa dijelaskan dengan mudah dan ringan untuk dipahami orang banyak, dan komunikasinya dengan publik konsisten dengan perumpamaan yang mudah dicerna.
Dia membahasakan kepentingan bersama dan alam pilkiran orang banyak dengan cara yang mudah dan sederhana, berbanding terbalik dengan para pimpinan politik kita yang menjadikan sesuatu yang mudah menjadi rumit dan bertele tele.
Menurut saya pribadi, kita yang waras harusnya tertohok, dan khususan pimpinan-pimpinan politik, mencermati dan menyimak ‘Prof’ Kasem ini ibarat melihat cermin dua sisi: satu sisi untuk mengukur dan sadar diri sendiri, sisi yang lain untuk mudah menangkap kegelisahan sosial dalam masyarakat.
Kiprah sosial ‘Prof’ Kasem ini membuktikan bahwa logika jernih, kewarasan normal dan kemurnian pikiran bisa datang darimana saja tidak memandang usia, strata sosial, jenjang pendidikan apalagi jabatan.
Jangan-jangan jika ‘Prof’ Kasem ini jadi pimpinan partai politik, logika lurus dan nalar sehatnya bisa berguna bagi kader kader muda partai dlm politik, untuk menempa kapasitas kader menjadi lebih peka, objektif dan bernalar baik.
Pelajaran pentingnya, jangan remehkan profesi apapun, termasuk ‘Meukat Ubat’, bisa jadi memang obat yang dijual tidak terbeli, tapi ungkapan-ungkapan aktualnya yang penuh muatan, bisa menjadi ‘obat penting’ dalam kegelisahan sosial masyarakat.
Bayangkan dengan tokoh dan elite yang bekerja keras ‘Meukat Ubat’ dalam kesehariannya di segala bidang, malah menjadi racun bagi kehidupan sosial kita, bahkan jadi penyebab ‘kerusakan’ turun temurun.
Sekarang terpulang pada kita semua, beranikah kita bercermin?
*Penulis Adalah Politisi Partai Golkar Aceh