Granat Meledak di Rumah Kandidat, Siapa Diuntungkan?
Pernyataan itu memenuhi halaman media online di Aceh. Karena berkhianat maka harus ditakuti-takuti agar nyalinya ciut dalam Pilkada. Paling tidak, Bustami tidak punya keberanian untuk safari politik di daerah karena trauma dengan pelemparan granat di rumahnya.
Analisa liar lainnya yang dikemukakan oleh publik, jangan-jangan pelakunya memang “orang terlatih”. Tujuannya jelas ingin mengail di air keruh. Ini yang barangkali disebut giat kontra intelijen. Ingin mengabarkan ke Jakarta bahwa kondisi keamanan di Aceh perlu “perhatian” dan jangan biarkan Aceh dipegang oleh kandidat yang tidak “merah putih”.
Jika merujuk kepada kedua kandidat, mereka diusung oleh partai lokal dan nasional. Tentu saja “merah putih” nya tidak diragukan. Karena itu alasan “merah putih” terlalu berlebihan dan diduga kuat dalang peristiwa itu ingin mendapat keuntungan finansial.
Atau jangan-jangan teror itu dilakukan oleh “orang terlatih” tadi dengan maksud agar pusat “membuka” jalan akan hadirnya kontestan lainnya untuk menghindari “head to head” kedua kandidat sebelumnya.
Kelima, sekali lagi, jika kasus ini tidak tuntas maka ada kecurigaan publik tentang netralitas aparat keamanan dan juga negara dalam pilkada di Aceh. Karena itu sejalan dengan fungsinya untuk memberikan perlindungan dan keamanan serta ketertiban, maka polisi harus mampu menuntaskannya.
Tidak sulit bagi polisi untuk menemukan dan menangkap pelakunya. Sarana teknologi informasi dan laboratorium forensik yang dimiliki polisi sudah sangat mampu untuk mengungkap “teror kecil” tersebut.
Jika tidak tuntas maka akan ada kandidat yang diuntungkan dan dirugikan. Tahun 2012 rumah Ruslan M Daud, salah seorang kandidat Bupati Bireuen dilempar granat juga. Akhirnya dia menjadi pemenang.
Jangan sampai ada kelompok yang “lempar batu sembunyi tangan” untuk mengganggu Aceh dengan memanfaatkan momentum pilkada dan kedatangan tamu dari luar yang mengikuti dan berlaga dalam ajang PON XXI.
Bagi polisi, mereka akan mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat nasional yang saat ini ada di Aceh, jika mampu mengusut tuntas teror tersebut.