Oleh: Jalaluddin (Dosen Ekonomi Syariah FEBI UIN Ar-Raniry)
Email: jalaluddin.hoessien@ar-raniry.ac.id
“TELAH nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Setiap tanggal 5 Juni diperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day. Peringatan yang dilakukan di seluruh dunia ini diketahui bermula sejak tahun 1974. 5 Juni 2021 merupakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati yang ke-46.
Lingkungan hidup menjadi isu penting yang sudah jadi perhatian sejak lama. Banyaknya penebangan pohon, sampah organic dan sampah an-organik seperti plastik dan sampah lainnya memicu sejumlah potensi kerusakan alam yang berpotensi merusak ekosistem. Sampah yang kita tahu kotor, bau, jorok. Tapi semua pemikiran itu akan hilang setelah kita membahas berkah dari sampah. Loh kok sampah berkah sih???
Jurnalis warga/keluarga ini terinspirasi ketika baru-baru ini kami mudik ke kampung orang tua kami di Kabupaten Pidie dari Banda Aceh, dan hal ini sering kami perhatikan bertahun-tahun sambil menikmati perjalanan, mulai dalam kota sampai luar kota bahkan dimana pun, seakan bumi ini tempat sampah terbesar di dunia.
Apa yang paling mencolok dalam perjalanan kami memperhatikan dari dalam kendaraan pribadi dan umum dengan gampang membuang sampah seperti tisu, kantong plastik, bungkus rokok, puntung rokok, kulit jagung, kulit pisang dan lain-lain.
Apa salahnya kalau dalam mobil ada bak sampah yang sudah dipisahkan sampah organik (yang dapat terurai) dan sampah an-organik (susah terurai bahkan ratusan tahun).
Sebenarnya bukan tidak ada bak sampah, mungkin karena kebiasaannya seperti itu, tapi itu kebiasaan yang tidak baik dan harus diubah.
Islam agama yang universal dan komprehensif, lihat informasi Allah Subhanallah Wa Ta’ala yang diturunkan sudah 15 abad yang lalu, yang terdapat dalam surat Ar-Rum [30] ayat ke-41, walau kita bukan ahli tafsir tapi dengan membaca terjemahan saja sudah megerti dan paham, ini kekurangan kita seakan-akan ini bukan perintah Allah dan Rasul-Nya, semoga Allah memaafkan kita.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021
Hari Lingkungan Hidup Sedunia ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru 5 Juni 1974.
Peringatan ini menyoroti isu perlindungan dan kesehatan lingkungan sebagai masalah utama yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia.
Mengutip dari laman resmi UNEP, Pakistan menjadi negara tuan rumah pelaksanaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021. Tema yang diusung yakni ‘Restorasi Ekosistem’ dan fokus pada pengaturan ulang hubungan manusia dengan alam. Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini juga akan menandai peluncuran resmi Dekade Restorasi Ekosistem PBB 2021 – 2030.
Dekade PBB ini dimaksudkan untuk memulihkan ekosistem yang terdegradasi dan hancur untuk memerangi krisis iklim, mencegah hilangnya satu juta spesies dan meningkatkan ketahanan pangan, pasokan air dan mata pencaharian.
Pengelolaan Sampah Mandiri
Salah satu cara menjaga lingkungan adalah mengupayakan kesadaran masing-masing pribadi, keluarga dan masyarakat untuk secara mandiri melakukan langkah kecil mulai dari diri pribadi.
Kami sudah memulainya di keluarga dengan konsep 3R (Reduce, Reuse & Recycle). Langkah yang kami lakukan yaitu mengurangi menggunakan plastik (reduce) ketika belanja ke pasar, ke warung siap saji kadang kami bawa rantang, keren kan? Ke Supermarket/swalayan terkadang pakai tas/plastik bekas pakai (reuse) yang sengaja dibawa dari rumah.
Begitu juga di rumah sudah disediakan tempat untuk sampah basah/organik dan tempat sampah plastik dan ini yang direcycle. Manfaat dari pemisahan itu adalah untuk mengurangi bau tak sedap.
Selanjutnya untuk sampai organik kami mengubur dalam tanah dan dicampur dengan daun-daun atau disebut metode sanitary landfill yaitu: merupakan sistem pengelolaan atau pemusnahan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, dan kemudian menimbunnya dengan tanah.
Saya yakin semua kita punya sedikit lahan untuk itu sekalipun di kota, tapi yang menyedihkan lagi dalam pengamatan kami malah sampah organik seperti ranting pohon juga dll jadi urban juga, bukan nanusia saja yang berpindah ke kota dari desa ternyata sampah juga, sangat kontradiktif!
Dan hasil pembusukan itu bisa jadi kompos, itu yang organik lho, tergantung kita mau dan konsisten titik.
Sementara untuk recycle, kami sekeluarga mencoba mencari solusi di internet salah satunya dengan membuat Bank Sampah. Sampah-sampah plastik yang terkumpul di rumah kami dan tetangga perumahan melalui anak-anaknya (kebetulan kami ada Taman Pendidikan Al-Qur’an dan kelompok Peduli Lingkungan), yang bernama “Balee Beut Khairunnisa” yang berlokasi di Gampong Deah Baro, Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh.
Maaf agak teknis sedikit, cara pengerjaannya: sampah-sampah itu dibersihkan terlebih dahulu agar sisa makanan tidak bau, selanjutnya digunting kecil-kecil sampah tersebut, terus dimasukkan dalam botol kemasan air mineral bekas sampai padat dan ditimbang sampai mencapai 300 gram untuk botol isi 600 ml ini sebagai standarnya.
Produknya ini kita namakan JK-Ecobrick dan bermanfaat untuk pengganti batu bata untuk pembangunan seperti taman kecil dan lain-lain yang berwarna-warni plastik. Ini dilakukan oleh keluarga kami dan anak-anak santri pasca mengaji dan dilanjutkan di rumah mereka masing-masing agar menjadi kebiasaan/habit dan mereka menjadi duta sampah serta untuk motivasi mereka diberikan jerih payah berupa materi Rp 2.000 jika setoran sampahnya memenuhi standart tersebut di atas.
Alhamdulillah cukup efektif, memang secara ekonomis kurang tapi tujuannya bukan materi tapi membangun kesadaran mereka untuk peduli dan yang paling penting kegiatannya produktif tidak hanya main game.
Melalui momen hari lingkungan hidup tahun ini mari kita peduli dengan lingkungan sekitar kita, Ayo ajak kelurga kita dan berikan tauladan yang baik untuk generasi kita mendatang.
Selamatkan bumi yang kita huni ini, agar yang kita wariskan ke generasi kita selanjutnya dengan udara, air, tanah (sumber-sumber pendukung utama produksi) yang bersih.
Semoga ide kecil kami ini menginspirasi keluarga Aceh khususnya dan Indonesia. Karena produksi sampah kita termasuk terbesar di dunia.
Benar sekali ketika sampah tidak kita manajemen dengan baik, maka ketika musim kering berterbangan kemana-mana masuk ke saluran air, sungai dan perilaku masyarakat kita buang sampah ke sungai, maka mulai hari ini STOP buang sampah ke sungai, karena ketika banjir kita juga yang merasakannya.
Dipersiapkan oleh Jalaluddin, Kartiningsih Budiati, Khalid Jasir, Kifli Jihadi, Khair Juzaili, Jauhara Karimah (disingkat keluarga JK/Jalal-Kartini)