Normal Baru Bukan Kebiasaan Lama
Sebenarnya pemahaman inovatif dan pro aktif ini bukan sesuatu yang baru. Karena sesungguhnya tabiat ajaran Islam Itu sendiri memang demikian adanya. Bahwa agama ini adalah agama yang mengedepankan semangat inovatif dan pro-aktif itu.
Artinya, ajaran Islam itu harus selalu menghasilkan pemikiran-pemikiran dan karya-karya inovatif yang diperlukan oleh zamannya, dan terjadi karena adanya wawasan antisipatif dan pro-aktif tadi.
Pro-aktif berarti Islam dan keilmuan Islam harusnya tidak lagi bersifat konvesional. Tapi justru ada dobrakan yang bersifat aktif sebagai solusi dari masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan manusia.
Satu dari contoh yang saya selalu berikan adalah pemahaman tentang perintah zakat. Bahwa perintah Zakat tidak dipahami secara konvensional dan pasif. Dalam arti dipahami sebagai perintah mengeluarkan 2,5 persen dari harta kita.
Dengan pemahaman inovatif dan pro aktif, zakat harus dipahami sebagai perintah untuk memberdayakan atau menguatkan perekonomian umat. Sebab hanya dengan perekonomian yang kuat umat akan mampu memberikan zakatnya.
Demikian pula ayat yang mengatakan “Di balik dari setiap kesulitan ada kemudahan”. Ayat ini harus dipahami sebagai kewajiban bagi umat ini untuk selalu menginisiasi upaya kemudahan di saat ada kesulitan. Covid-19 misalnya menantang umat ini untuk bangkit dan mencari solusinya. Bukan menunggu orang lain untuk menemukan solusi itu.
Ketiga, era baru itu juga berarti memasuki sebuah era dengan karakter dan perilaku yang baru. Tentu karakter baru yang dimaksud adalah adanya perubahan karakter yang lebih positif.
Karakter yang dimaksud tidak saja pada tataran individual atau pribadi (fardi). Tapi juga tidak kalah pentingnya era baru ini merubah karakter sosial kemasyarakatan kita (social behaviors).
Kita mengharapkan musibah Covid-19 merubah pola perilaku lama yang semrawut, tidak disiplin, malas, lambang dan ragam karakter yang menjadikan umat ini terbelakang dan termarjinalkan.
Dari karakter yang kurang bisa mengontrol diri, mudah meledak, terbawa arus emosi lingkungan, dan lain-lain yang menjadikan umat ini mudah terjatuh ke dalam perangkap orang lain untuk dijadikan mangsanya.