Normal Baru Bukan Kebiasaan Lama
Dengan era baru yang membawa perubahan itu, umat ini harusnya mampu membawa penyesuaian-penyesuaian yang tidak lagi biasa-biasa. Tapi membangun karakter responsif yang bersifat extra ordinary.
Jika tidak maka umat akan menjadi mainan bahkan korban dari perubahan-perubahan baru. Umat akan berada dalam suasana kebingungan, lemah dan ketakutan, bahkan keputus asaan.
Intinya perlu perombakan karakter, baik pada tataran individu maupun pada tataran kolektif keumatan kita.
Keempat, memasuki era baru umat dituntut untuk membangun wawasan global (global mindset).
Peristiwa Covid-19 mengharuskan umat untuk sadar tentang dunia kita yang sangat berbeda. Salah satunya menguatkan lagi bahwa dunia kita adalah dunia global yang unik dengan karakternya yang jauh berbeda.
Dunia global kita itu ditandai banyak hal. Tiga diantaranya yang paling dominan; kecepatan (speed) ketergantungan (Interconnectedness) dan persaingan (competition).
Dengan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi, segala sesuatu mengalami kecepatan yang luar biasa. Peristiwa di sebuah kampung terpencil di bumi Nusantara boleh jadi orang lain di bumi Amerika tahu pada waktu bersamaan. Hal itu karena media informasi yang bersifat digital yang dapat diakses dalam kedipan mata (blink of eyes).
Karena kecepatan informasi tersebut menjadikan dunia kita seolah makin kecil. Dunia ini seolah sebuah kampung kecil (small village) bersama manusia. Bahkan seolah rumah bersama (shared home) semua manusia. Karenanya manusia mau tidak mau, sadar atau tidak, sesungguhnya memiliki ikatan ketergantungan yang sangat dekat.
Artinya, tidak satu manusia atau kelompok manusia bisa hidup tanpa ada yang lain. Karenanya pilihan manusia hanya satu, membangun kerja sama (partnership) dalam kepentingan bersamanya (common interest).
Dalam situasi ketergantungan itu pula masing-masing manusia atau kelompok manusia berusaha menjadi yang terbaik, terkuat dan termaju. Maka terjadilah kompetisi yang maha dahsyat diantara kelompok-kelompok manusia itu.