Perang Israel-Iran: Geopolitik, Geoekonomi, dan Geostrategi Indonesia di Tengah Gejolak Timur Tengah
Geopolitik
Sistem internasional dewasa ini tidak sepenuhnya bersifat multipolar sebagaimana yang dicita-citakan banyak negara pasca berakhirnya PD-2. Relasi yang simetris dan mutualis antarnegara dalam sistem internasional tanpa hegemoni dari kekuatan manapun ternyata tidak berjalan sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat pada arsitektur geopolitik dunia yang tidak menjunjung tinggi kesetaraan dalam relasi antarnegara. DK PBB dikuasai oleh negara-negara pemenang PD-2 dengan hak vetonya, World Bank dan IMF menjadi senjata geoekonomi AS dan Uni Eropa untuk menciptakan dependensi ekonomi bagi negara-negara Selatan (Global South), demikian juga halnya dengan kepemilikan senjata nuklir yang hanya dimiliki oleh segelintir negara seperti AS, Rusia,Tiongkok, Inggris, Prancis, Israel, India, Pakistan, serta Korea Utara. Relasi yang tidak simetris dan mutualis karena dominasi sumber daya dan privilege, terlebih lagi pola relasi yang sangat realis dan unilateralis yang dilakukan oleh negara-negara hegemon tersebut telah menimbulkan ketidaksetaraan, ketidakadilan, bahkan kemiskinan bagi negara-negara lain.
Situasi yang tidak menguntungkan tersebut direspons Iran-sebuah negara yang dialienasi oleh anggota kawasan Timur Tengah-, dengan mengambil terobosan penting dalam kebijakannya, yakni pengembangan nuklir guna pemenuhan kebutuhan energi di level domestik sejak 1950. Untuk memastikan bahwa program nuklir yang dijalankan tidak menimbulkan dilema keamanan (security dilemma) bagi negara-negara lain, Iran bergabung dalam rezim anti-proliferasi nuklir dunia. Pengembangan energi nuklir Iran tidak berjalan sendiri, melainkan melibatkan kekuatan besar di belakangnya, yakni AS dan Rusia. Hanya saja perubahan tampuk kepemimpinan di dalam negeri Iran, terutama setelah Revolusi Islam Iran pada 1979, telah merubah pendulum relasi antara Iran dan kedua negara tersebut. Pengembangan nuklir guna kebutuhan energi mulai dicurigai sebagai upaya simultan dan berjangka Panjang untuk mentransformasi Iran sebagai negara nuklir di masa yang akan datang. Geopolitik dan peta kepentingan nasional Iran di kawasan sangat mendukung untuk asumsi itu mengingat Iran banyak bergesekan dari sisi Politik dan militer dengan negara-negara kawasan, terlebih lagi Israel yang merupakan proksi politik militer dari AS dan tak pernah berhenti melakukan kekejian terhadap bangsa Palestina-fenomena politik yang tidak disukai Iran yang pro-Hamas.
- Analisis Perang Israel Iran
- AS Israel
- Bahaya Nuklir Iran Israel
- Dampak Konflik Timur Tengah Ekonomi
- DPR RI PKB
- Dr. K.H. Jazilul Fawaid
- Geoekonomi
- geopolitik Timur Tengah
- Geostrategi Indonesia
- Geostrategi Indonesia Hadapi Perang
- Harga Minyak Dunia
- Keamanan Regional
- Kebijakan Luar Negeri Indonesia
- konflik Timur Tengah
- Krisis Energi Global
- Krisis Energi Global Akibat Perang
- nasional
- pbb
- Peningkatan Produksi Migas Indonesia
- Peran Indonesia Jaga Perdamaian Dunia
- perang Israel Iran
- peristiwa
- pkb
- politik
- program nuklir Iran
- Selat Hormuz
- www.infoaceh.net