Perang Israel-Iran: Geopolitik, Geoekonomi, dan Geostrategi Indonesia di Tengah Gejolak Timur Tengah
Geoekonomi
Konflik dan perang di antara kedua negara yang baru berlangsung selama tiga hari telah menimbulkan guncangan besar pada sektor perekonomian dan perdagangan dunia, terlebih lagi pada subsektor energi yang menjadi komponen penting bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara global. Serangan Israel ke Iran berdampak besar terhadap rantai distribusi dan ekspor minyak dari negara-negara Timur Tengah ke luar kawasan. Hal ini secara lebih lanjut menimbulkan lonjakan harga pada komoditas minyak Brent dan WTI di pasar global. Merujuk data Refinitiv, harga Brent sempat menembus US$ 78,50 dan WTI berada di angka US$ 77,62. Kedua harga minyak acuan ini mencatat lonjakan intraday tertinggi sejak 2022 atau saat Rusia memulai invasi ke Ukraina yang berdampak signifikan terhadap rantai pasok dan peta pasar energi di Eropa. Untuk jangka Panjang, signifikasi di sektor energi ini perlu menjadi atensi semua negara. Kerusakan fasilitas kilang minyak di Iran akan berpotensi mengganggu rantai pasok minyak global mengingat di satu sisi Iran merupakan pemain penting dalam produksi minyak di kawasan dengan kapasitas produksi 3,3 juta barel BOPD, sedangkan di sisi lain kawasan Timur Tengah secara keseluruhan yang terdampak konflik berperan dalam memasok sepertiga kebutuhan minyak global. Distraksi juga berpotensi terjadi pada rantai konektivitas karena gangguan pada Selat Hormuz yang berada di Iran dapat menyumbat pasokan 18-19 juta BOPD minyak dunia yang melewati selat terpadat di dunia tersebut.
Geostrategi
Indonesia sebagai bagian dari komunitas global perlu menajamkan mata telinga dan melakukan pencermatan secara saksama terhadap konflik Israel-Iran mengingat dampak-dampak yang ditimbulkan bersifat secara langsung. Pemerintah melalui K/L terkait perlu melakukan formulasi geostrategi yang bersifat komprehensif untuk meredam ekses politik dan ekonomi yang ditimbulkan. Indonesia yang berkomitmen mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi mendapatkan peluang sekaligus ancaman. Tersumbatnya rantai pasok minyak dari Timur Tengah berpotensi menaikkan permintaan asing terhadap ekspor minyak nasional. Indonesia memiliki keuntungan dari sisi volume maupun ICP karena akan mengerek PNBP sektor migas. Namun demikian, status ganda yang kita miliki sebagai negara eksportir dan imortir migas sekaligus berpotensi menempatkan kita pada posisi kekurangan pasokan migas untuk pemenuhan kebutuhan nasional karena adanya sumbatan pada rantai pasok. Oleh sebab itu, pilihan kebijakan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi pemerintah sekaligus mengonversi momen menjadi momentum adalah dengan cara menaikkan kapasitas produksi (lifting) migas nasional sejak saat ini. Indonesia memiliki kapasitas untuk melakukan itu selama tata kelola dilakukan secara bersih (clean governance), serta didukung oleh penggunaan teknologi tinggi dalam eksplorasi, eksploitasi, dan produksi migas.
- Analisis Perang Israel Iran
- AS Israel
- Bahaya Nuklir Iran Israel
- Dampak Konflik Timur Tengah Ekonomi
- DPR RI PKB
- Dr. K.H. Jazilul Fawaid
- Geoekonomi
- geopolitik Timur Tengah
- Geostrategi Indonesia
- Geostrategi Indonesia Hadapi Perang
- Harga Minyak Dunia
- Keamanan Regional
- Kebijakan Luar Negeri Indonesia
- konflik Timur Tengah
- Krisis Energi Global
- Krisis Energi Global Akibat Perang
- nasional
- pbb
- Peningkatan Produksi Migas Indonesia
- Peran Indonesia Jaga Perdamaian Dunia
- perang Israel Iran
- peristiwa
- pkb
- politik
- program nuklir Iran
- Selat Hormuz
- www.infoaceh.net