Selasa, 16 Agustus 2022
27 °c
Banda Aceh
27 ° Sel
28 ° Rab
27 ° Kam
27 ° Jum
InfoAceh.net
No Result
Tampilkan Semua
Selasa, 16 Agustus 2022
InfoAceh.net
27 °c
Banda Aceh
27 ° Sel
28 ° Rab
27 ° Kam
27 ° Jum
No Result
Tampilkan Semua
InfoAceh.net
No Result
Tampilkan Semua

Radikal atau Moderat Menurut Kepentingan

Oleh Redaksi
Kamis, 10 Maret 2022 | 9:04 WIB
IMG-20220310-WA0000
FacebookWhatsappTwitterTelegram

Oleh: Imam Shamsi Ali*

Seringkali kita dengarkan istilah politisasi agama. Tentu yang dimaksud demikian adalah penggunaan atau pelabelan agama untuk kepentingan-kepentingan politik. Dengan kata lain agama dijadikan obyek demi meraih kepentingan politik. Atau sebaliknya isu agama juga sering dipakai untuk mengganjal lawan politik.

Akibatnya dalam penilaian tentang sesuatu atau seseorang tidak lagi berdasarkan nilai baik atau buruknya. Tapi lebih kepada kepentingan politik tertentu.

Contoh kecil dalam busana misalnya. Betapa larisnya baju-baju koko dan kopiah di musim-musim politik untuk berkunjung ke masjid-masjid dan majelis taklim. Juga banyak politisi wanita yang selama ini alergi dengan hijab tiba-tiba berhijab rapih.

Sebaliknya tuduhan-tuduhan ekstremisme atau radikalisme kerap digaungkan di musim-musim politik. Tentu dimaksudkan untuk menekan dan mengganjal pihak-pihak tertentu yang dianggap gangguan bagi sebagian untuk mendapatkan kepentingan politiknya.

Sebaliknya prilaku radikal dan intoleransi dipertontonkan oleh sebagian orang atau sekelompok orang tertentu dengan tanpa malu tetap saja dibiarkan. Bahkan seolah dipelihara dan mendapat perlindungan.

Akibatnya konsep moderasi atau radikalisme menjadi aneh dan membingungkan. Moderasi menjadi seperti yang sering saya sampaikan berbentuk moderasi sepihak. Sebaliknya radikalisme juga menjadi terasa sangat dipaksakan pada pihak tertentu.

Jahatnya kerap kali label radikal ini tidak berakhir pada tataran persepsi atau wacana semata. Tapi sering menjadi alat perangkap untuk menjerumuskan pihak-pihak tertentu atas nama keamanan dan loyalitas kebangsaan.

Saya kembali teringat peristiwa 9/11 di Amerika Serikat. Dimana saat itu kata radikalisme atau ekstrimisme menjadi kata yang paling populer berdampingan dengan kata “terror”. Sehingga peperangan yang disebut “war on terror” ketika itu tidak bisa dilepaskan dari peperangan kepada mereka yang dilabel “kaum radikal”.

Belakangan opini tersebut semakin tergiring menuju kepada satu kelompok. Yaitu orang-orang Islam yang tidak setuju dengan kebijakan global Amerika dan sekutunya di berbagai belahan dunia, khususnya di Timur Tengah.

Tapi oleh pihak-pihak tertentu penggiringan opini semakin mengarah kepada umat Islam. Pada akhirnya apa yang disebut sebagai peperangan kepada teror atau “war on terror” tadi berubah menjadi peperangan kepada umat Islam atau Islam (war on Islam).

Inilah sesungguhnya di kemudian hari yang diterjemahkan oleh Donald Trump dalam sebuah kebijakan “Muslim Ban” atau pelarangan orang Islam masuk Amerika. Dimulai dari 7 negara. Tapi tujuannya mengarah kepada pelarangan secara totalitàs orang-orang Islam untuk masuk Amerika.

Pada sisi lain, sejak Bush hingga Trump ada pihak-pihak tertentu yang kemudian dilabeli “muslim moderate”. Pelabelan itu bukan berdasar pada nilai moderasi itu sendiri. Tapi lebih kepada dukung mendukung untuk kepentingan politik global mereka.

Di zaman George W. Bush misalnya, Saudi Arabia dijuluki sebagai negara/bangsa yang moderat. Saya masih ingat bagaimana Pangeran Bandar bin Sultan, Dubes Saudi untuk AS ketika itu begitu akrab dengan Presiden Bush. Padahal dari sekian yang dituduh sebagai pelaku serangan 9/11 mayoritasnya berkebangsaan Saudi Arabia.

Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa ternyata penilaian radikal dan/atau sebaliknya moderat itu banyak ditentukan oleh kepentingan, termasuk kepentingan politik.

Dan pada akhirnya nilai moderasi atau sebaliknya radikalisme itu terasa kehilangan esensinya.

Hari-hari ini isu radikal kembali ramai dibicarakan. Banyak tokoh agama yang dimasukkan ke dalam deretan ustadz-ustadz radikal. Yang pada umumnya tidak memiliki justifikasi yang jelas.

Beberapa kriteria ustadz radikal yang disampaikan juga terasa remang-remang dan dipaksakan. Satu di antara kriteria itu adalah anti Pancasila. Dalam perspektif nasionalisme, tentu kriteria ini sah-sah saja. Tapi ancaman terhadap Pancasila memangnya hanya dari para ustadz?

Bagaimana dengan mereka yang berpaham komunis yang mengancam ketuhanan? Bagaimana pula dengan para koruptor yang merusak keadilan sosial dan kemanusiaan?

Hal lain bahwa ustadz radikal itu sering mengkafirkan. Mengkafirkan sesama muslim memang dilarang. Bahkan bisa saja yang mengkafirkan itu terjatuh ke dalam kekafiran.

Tapi mengkafirkan mereka yang “tidak mengimani” ajaran Islam itu memang demikian adanya. Karena memang kata kafir berarti “tidak mengimani” alias mengingkari. Kata kafir dalam arti “tidak mengimani” inilah yang disebut dalam Al-Quran.

Islam sangat jelas dalam mengatur relasi pemerintah (ra’i) dan rakyat (ra’iyah). Islam sangat memperketat bolehnya rakyat untuk melawan pemerintah. Tapi Islam pada saat yang sama mengajarkan bahwa mengkritisi pemerintan dalam hal-hal yang salah menjadi kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Apalagi dalam tatanan negara demokrasi pemerintah dikontrol oleh kekuasaan tertinggi (rakyat).

Isu lain adalah eksklusivitas yang juga menjadi rancu ketika dihubungkan dengan agama. Karena pada semua agama ada karakter ekslusif. Khususnya ketika bersentuhan dengan akidah dan ibadah ritual. Umat ini sadar bahwa membangun kesatuan dan ukhuwah itu penting. Baik ukhuwah imaniyah maupun wathaniyah.

Tapi bukan berarti membuka batas-batas yang memang berbeda secara mendasar. Ada hal-hal ekslusif dalam beragama. Dan itu tidak perlu dianggap tidak bersahabat. Apalagi dinilai radikal.

Demikian juga dalam hal budaya dan tradisi. Islam adalah agama universal. Karenanya Islam ada di seluruh belahan dunia. Mau atau tidak Islam akan bersentuhan dengan semua kultur dan budaya.

Namun kehadiran Islam di sebuah lokalitas tidak merubah atau menghapus budaya lokal. Tapi lebih kepada mengoreksi atau membenarkan jika ada yang secara mendasar bertentangan dengan prinsip dasar ajaran agama. Itulah yang disebutkan dalam hadits: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (makaarimal akhlak)”.

Oleh karena itu kriteria-kriteria yang dijadikan alasan untuk menuduh sebagian ustadz radikal tidak jelas dan rentan membawa kepada penilaian sepihak. Dan tentunya yang paling mendasar dari semua ini adalah kenapa hanya ustadz-ustadz?

Bagaimana dengan pemimpin agama lain? Bagaimana para politisi yang korup? Bagaimana para pebisnis yang ekslusif dan mengancam keadilan sosial? Tidakkah mereka itu termasuk kaum radikal yang mengancam bangsa dan negara?

Saya hanya ingin mengatakan masanya untuk semua menghentikan politisasi isu radikalisme. Selain hanya menambah keresahan dalam masyarakat, juga akan semakin mempertajam kecenderungan karakter “we vs them” (kami lawan mereka).

Kecenderungan memecah belah atau ‘divide at empire’ ini juga jangan-jangan memang jadi bagian dari pelemahan umat dan bangsa itu sendiri. Karena sesungguhnya umat dan tokoh-tokohnyalah, termasuk para ustadz, yang menjadi tulang punggung ketahanan bangsa.

Dan kecurigaan-kecurigaan itu wajar saja terbangun karena sejak lama semakin terasa jika memang ada “hidden power” yang bermain dan bertepuk di balik layar. Semoga tidak!

Jamaica City, 9 Maret 2022

*Ustadz di Paman Sam

Dapatkan kabar harian terbaru dari INFOACEH.NET

Berhenti Berlangganan

Berita Terkait

IMG_20220809_122226_422

Syariat Islam di Aceh Belum Gagal

Selasa, 9 Agustus 2022
IMG-20220731-WA0000

Antara Keterbukaan Informasi Publik dan Keterbukaan Game Judi Online di Aceh

Minggu, 31 Juli 2022
IMG-20220719-WA0001

Haji Mabrur, Terlihat dalam Kehidupan Setelah Pulang

Selasa, 19 Juli 2022
Ir Zulkifli Abdy, Pemerhati Sosial dan Mantan Anggota DPRK Banda Aceh

Demokrasi Berdaulat Kekuasaan

Jumat, 8 Juli 2022
Lainnya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Infoaceh.net di kanal Telegram “Info Aceh Update”. Klik t.me/infoacehnet untuk bergabung.


IMG-20220730-WA0009
IMG-20220729-WA0000

TRENDING HARI INI

Satu tiang bendera masih kosong di halaman depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, yang hingga 17 tahun perdamaian belum juga dikibarkan bendera Aceh

17 Tahun Damai Aceh: Kejelasan Bendera Aceh Dipertanyakan, Untuk Apa Tiang Kosong di DPRA?

14 Agustus 2022

Koordinator Zikir Rateb Siribee Tgk Syukri Daud Pango

Didukung Pj Gubernur, Tgk Syukri Pango Ajak Masyarakat Hadiri Zikir Rateb Siribee di Masjid Raya

12 Agustus 2022

Ketua Umum DPP PAR Ir Khaidir TM MM menyerahkan berkas pendaftaran kepada Ketua KIP Aceh Syamsul Bahri menjelang penutupan, Ahad malam (14/8)

Jelang Penutupan, Partai Amanah Reformasi Daftar ke KIP Aceh

15 Agustus 2022

Ketua DPRA Saiful Bahri

Ketua DPRA: Sejak MoU Helsinki Diteken, Mimpi GAM untuk Merdeka dari NKRI Tertunda

15 Agustus 2022

Darmansah SPd MM akan dilantik menjadi Pj Bupati Abdya

Darmansah Akan Dilantik Jadi Pj Bupati Abdya

13 Agustus 2022

IMG-20220729-WA0035

TERKINI

IMG-20220816-WA0003

Jamu Makan Siang Paskibraka Aceh, Pj Wali Kota Ingatkan Tiga Hal

4 jam lalu

Menko Polhukam Mahfud MD berbicara pada peringatan 17 tahun Aceh damai, di hadapan tokoh asal Aceh yang tergabung dalam Dewan Pengurus Pusat Diaspora Global Aceh, di Gedung Lemhannas, Jakarta Pusat, Senin (15/8)

17 Tahun Perdamaian, Mahfud Ajak Masyarakat Aceh Jaga Persatuan Bangsa

5 jam lalu

Prof Dr Herman Fithra saat mendaftar sebagai Bakal Calon Rektor Universitas Malikussaleh Lhokseumawe periode 2022-2026

Empat Kandidat Mendaftar Bakal Calon Rektor Unimal Lhokseumawe, Ini Namanya

5 jam lalu

IMG_20220815_231154

Dilantik Pj Bupati Abdya, Darmansah Tak Terlibat Partai Politik

6 jam lalu

IMG-20220815-WA0082

Lomba Perahu Hias dan Dayung Perahu Karet Meriahkan Festival Merah Putih Krueng Aceh

7 jam lalu

IMG-20220729-WA0001
IMG_20220723_062307_190
IMG-20220726-WA0000
IMG-20220702-WA0024
  • Home
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer

e-Mail : [email protected]

© 2020-2021 PT INFO ACEH NET

No Result
Tampilkan Semua
  • Beranda
  • Aceh
  • Nasional
  • Luar Negeri
  • Umum
  • Biografi Ulama Aceh
  • Syariah
  • Politik
  • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Opini
  • Olahraga

© 2020-2021 PT INFO ACEH NET