Raih Ampunan Allah di Bulan Ramadhan, Sarana Menuju Taqwa
Doa merupakan perwujudan kepasrahan kita kepada Allah. Menunjukkan sebagai insan dan hamba-Nya tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan, dan memiliki harapan yang senantiasa dititip kepada Allah dalam bentuk doa dan munajat kepada-Nya.
Setiap lantunan doa yang dipanjatkan oleh seorang hamba, tentu akan dikabulkan oleh-Nya, atau akan menepis musibah dan meringankan duka, atau disimpan di akhirat kelak.
Imam Al Ghazali secara khusus dalam karyanya Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin menyebutkan beberapa cara agar doa diijabah oleh Allah, di antaranya dengan memperhatikan waktu daan kondisi dalam berdoa.
Di antara waktu yang istimewa dalam berdoa dan termasuk waktu mustajab adalah berdoa pada bulan Ramadhan. Bahkan Rasulullah disebutkan dalam riwayat berdoa sebelum Ramadan datang, dan berdoa pada hari pertama memasuki bulan Ramadhan.
Rasulullah pribadi yang banyak bermunajat kepada Allah. Dan bukankah di dalam Islam hari-hari yang dilalui oleh umat Islam juga dalam doa?
Misalnya saja ketika seorang muslim bangun tidur, sebelum tidur, sebelum makan, sesudah makan, ketika berbuka, sebelum naik kendaraan, ketika keluar rumah, memasuki rumah, masuk mesjid, keluar mesjid, dan di berbagai tempat yang senantiasi dihiasi dengan doa dan munajat.
Bahkan ibadah shalat yang dilaksanakan juga berisi doa dan harapan.
Sehingga berdoa merupakan anjuran di bulan Ramadhan terutama doa memohon ampunan, rahmat, dan kebebasan dari api neraka.
Karena saat seorang hamba telah memperoleh ampunan, maknanya ia telah dekat dengan derajat ketakwaan.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 133 yang menganjurkan kepada umat Islam untuk bersegera menjemput ampunan Allah karena ganjaran surga yang begitu luas dipersiapkan untuk orang-orang yang bertakwa.
Maka untuk sampai pada ketakwaan mestilah melalui pintu yang disebut pintu ampunan/maghfirah.
Selanjutnya Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 187 menganjurkan para hamba-Nya untuk Iktikaf.
Ibadah Iktikaf sudah ada sejak masa sebelum Nabi Muhammad. Bahkan Iktikaf sudah ada semenjak Nabi Ibrahim ‘Alaihisalam. Iktikaf juga ibadah yang sangat disukai oleh Rasulullah ditandai setiap sepuluh terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah dalam berbagai riwayat hadits mewajibkan dirinya untuk beriktikaf, yang kemudian tradisi iktikaf diikuti para sahabat Rasululullah, isteri-isteri beliau dan umatnya hingga akhir zaman.