Sebelum ke Aceh Kami Takut
Namun dari semua sajian saat pembukaan, ada yang sangat berkesan di hati kami, yaitu pidato Bapak Gubernur Aceh, ucapan kata Om Swastiastu beliau sangat sejuk kami dengar di Bumi Serambi Mekkah.
Dan kata-kata beliau yang saya ingat adalah beliau mengibaratkan perbedaan itu sebagai sebuah orkestra musik, dimana harmoni akan terbentuk ketika satu sama lainnya saling melengkapi, kata-kata yang singkat namun memiliki makna yang luar biasa, keramah tamahan masyarakat Aceh juga sangat membuat kami betah di Aceh.
Seberapapun keinginan kami untuk menikmati keindahan alam Aceh dan nikmatnya kopi Aceh dan masakan Aceh terutama Mie Aceh dan ayam tangkap, namun waktu juga yang mengharuskan kami meninggalkan tanah Aceh.
Sambutan hangat Pak Kadisbudpar di Aceh kami anggap sebagai representasi dari keramahan masyarakat Aceh.
Jujur tidak ada kata lagi yang bisa terucap dari bibir kami, selain ucapan terima kasih. Kami tunggu Pak Kadis bersama keluarga, staf Kadisbudpar Aceh yang ramah di Bali.
Atas nama pribadi dan IDI Bali kami ucapkan terima kasih kepada pihak panitia dan Pemerintah Aceh yang sudah menyambut kami dengan ramah dan hangat sehangat kopi Solong.
Akhirnya atas nama keluarga gajah, kami mohon maaf belum bisa memberikan gading yang sempurna, dan kami minta maaf bila ada di antara kami yang bersikap kurang berkenan di hati masyarakat Aceh.
Kami yakin kesempurnaan itu hanya ada pada Tuhan, dan kekurangan itu ada pada kami.
Terimalah sebuah pantun dari saya:
“Perangkat daerah tidak boleh marah, pohon beringin ujungnya sangat tinggi.
Masyarakat Aceh sangat shaleh dan ramah, mohon izinin kami berkunjung lagi kesini”.
Langit Aceh, 25 Maret 2022
Hormat Kami
dr I Nyoman Rudi Susantha SpOG SubspFER(K) MARS
*Penulis: Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Bali