Belajar Perdamaian Aceh, 30 Delegasi Thailand Selatan Kunjungi UIN Ar-Raniry
Infoaceh.net, Banda Aceh – Sebanyak 30 orang delegasi dari King Prajadhipok’s Institute (KPI) Thailand mengunjungi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Senin (22/7/2024).
Kunjungan ini merupakan bagian dari studi banding mempelajari proses perdamaian yang terjadi di Aceh, dengan harapan bisa diterapkan untuk mengatasi konflik serupa di Thailand Selatan.
Kunjungan ini disambut Rektor UIN Ar-Raniry Prof Dr Mujiburrahman, beserta jajarannya di ruang sidang rektor kampus tersebut.
Delegasi ini terdiri atas pejabat pemerintah, eksekutif pemerintah lokal, akademisi, pemimpin komunitas, serta aktivis dari komunitas Melayu Muslim dan Buddha Thailand. Mereka dipimpin Mr. Koddaree Binsen, Presiden Asosiasi Sekolah Swasta di Selatan Thailand.
Prof Mujiburrahman menjelaskan peran dan kontribusi UIN Ar-Raniry dalam proses perdamaian Aceh. Banyak mahasiswa dan dosen universitas ini yang terlibat sebagai tim inti, fasilitator, dan penerjemah dalam perundingan perdamaian yang difasilitasi oleh Martti Ahtisaari di Helsinki.
“Dosen dan mahasiswa kami memainkan peran penting dalam proses perdamaian Aceh, baik sebagai tim inti, fasilitator, maupun penerjemah bahasa. Banyak dari mereka yang berkontribusi dalam tim bahasa yang dipimpin oleh Martti Ahtisaari,” ungkap Mujiburrahman.
Rektor juga menyoroti pengalaman konflik di Aceh memberikan pelajaran berharga bagi banyak pihak. UIN Ar-Raniry sering menjadi tujuan bagi pihak internasional yang ingin mempelajari dinamika konflik dan proses perdamaian melalui lembaga konflik dan perdamaian yang dimiliki universitas tersebut.
“Pengalaman konflik di Aceh sangat mencekam. Kehidupan kita waktu itu hampir tidak bisa kemana-mana. Setelah perdamaian, suasana pembangunan mulai muncul di Aceh. Toko-toko ada yang buka 24 jam, masyarakat beraktivitas sepanjang hari, dan suasana sangat berubah dibanding masa konflik dulu,” jelasnya.
Mujiburrahman juga menyampaikan keprihatinan terhadap situasi di Pattani, Thailand, yang masih diwarnai banyak pos pemeriksaan dan ketidaknyamanan bagi masyarakat.