Disdik Rancang Skema Luluskan Siswa Aceh di 10 PTN Favorit
Kadis Pendidikan Aceh, Rachmat Fitri HD memberi arahan kepada para guru saat mengunjungi sekolah di Kota Lhokseumawe, Sabtu (10/10)
Lhokseumawe — Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan (Disdik) terus merancang skema dan terobosan guna meluluskan siswa Aceh di 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit di Indonesia.
Salah satunya melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi agar mendapatkan informasi standar kelulusan siswa sesuai kebutuhan perguruan tinggi favorit.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Rachmat Fitri HD saat mengunjungi sejumlah sekolah di Kota Lhokseumawe, Sabtu (10/10) di hadapan para guru menyampaikan target Dinas Pendidikan Aceh untuk meluluskan minimal 230 siswa ke PTN favorit pada tahun 2021 tidak akan tercapai jika tidak adanya kerja keras dan usaha yang maksimal dari satuan pendidikan.
“Guru secara bersama-sama harus melakukan pendekatan secara personal dengan murid, sehingga akan menemukan potensi dan bakat yang dimiliki murid. Selanjutnya guru juga harus membina dan mengasah agar lulusannya dapat diterima di Top 10 PTN favorit Indonesia,” ungkapnya.
Kadisdik Aceh meminta kepada kepala sekolah membuat pola pembejaran sesuai dengan situasi terkini. Dia menyontohkan, seperti membuat kelompok belajar terdiri dari 10 – 15 murid, baik di sekolah atau titik kumpul di desa yang mudah diakses.
“Tentunya kepala sekolah harus ada kerja sama dengan Muspika, khususnya lagi dengan Babinsa dan Babinkamtibmas. Mereka ada desa binaannya yang dapat memudahkan kita melaksanakan pembelajaran di desa-desa,” terangnya.
Selain itu, imbuhnya, setiap guru dan murid pada saat pembelajaran agar tetap menjaga wudhunya, baik pada saat datang hingga kembali ke rumah masing-masing. Ini merupakan bentuk ikhtiar dalam menjaga diri pada masa pandemi Covid – 19.
“Siapa bilang pada saat pandemi kita tidak bisa berprestasi. Saya mendapatkan banyak informasi dimana-mana anak Aceh mengukir juara pada berbagai ajang lomba yang dilaksanakan, baik di daerah, pusat bahkan internasional. Anak Aceh itu unggul dimana-dimana,” kata Kadisdik menyemangati para guru di SMKN 6 Lhokseumawe.
Untuk SMK, lanjutnya, diperlukan adanya kerja sama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) agar murid bisa mempraktikkan semua teori yang didapat di sekolah. Sehingga setelah lulus nanti mereka akan menjadi SDM yang handal dan siap dipakai DUDI.
“Kemarin kita baru saja bekerja sama dengan Politeknik Pelayaran Malahayati Aceh Besar. Mereka berjanji akan memprioritaskan anak Aceh untuk bekerja dan bisa ditempatkan sesuai keahliannya. Kami harap dengan adanya kerja sama ini, kita dapat mengisi peluang kerja ini sebaik-baiknya,” pintanya.
Dorongan keluarga dan guru sangat penting, agar murid dapat lebih mandiri ketika bekerja diluar daerah. Menurutnya, guru harus mampu mengembangkan potensi muridnya agar semangat dalam berlatih dan berusaha.
“Sifat “home sick” yang dimiliki anak harus dapat diubah. Agar mereka memiliki semangat dalam bekerja. Peran orang tua dan guru adalah modal dasar untuk mengembangkan anak,” ucapnya.
Kadisdik Aceh mengingatkan sekolah dapat dijadikan tempat nyaman untuk belajar. Guru BK, baik SMA maupun SMK harus mencari siswa siswi yang berprestasi dan memiliki potensi untuk lulus pada Top 10 Universitas Indonesia dan DUDI.
“Kolaborasi dan kerjasama yang baik, akan melahirkan prestasi yang gemilang untuk Pendidikan Aceh dimasa yang akan datang,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, Kadisdik Aceh menyerahkan SK Plt Kepala SMKN 2 Lhokseumawe kepada Azmi Saputra S.Pd menggantikan Dra Nurmasyitah dikarenakan telah meninggal dunia.
“Tolong dijaga dan dipimpin sekolah ini dengan baik. Mohon tingkatkan mutu dan kualitas peserta didik, agar dapat berprestasi serta perbanyak kerjasama dengan DUDI,” pesannya.
Selain SMKN 6 Lhokseumawe, Kadisdik Aceh didampingi Kabid Pembinaan SMK, T. Miftahuddin beserta rombongan Disdik Aceh juga mengunjungi SMAN 2 Lhokseumawe, SMKN 2 Lhokseumawe dan SMKN 1 Sawang.
“Kedatangan kita untuk menyemangati dan memastikan pembelajaran terus berlangsung, meski dalam keadaan tidak normal. Kita tidak boleh hanya menerima laporan yang baik-baik saja, tapi harus ada evaluasi kondisi real di lapangan,” pungkas Kadisdik (IA)