Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan membahas Pembelajaran Jarak Jauh yang telah dijalankan selama pandemi Covid-19 dan juga kendala yang dihadapi
Banda Aceh – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah mengubah pola pembelajaran.
Proses belajar mengajar tatap muka yang biasa dijalankan di sekolah-sekolah sekarang berubah menjadi sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau yang sering disebut daring.
Di dunia, Unesco mencatat lebih dari 850 juta tidak lagi bisa belajar di sekolah akibat dari wabah Corona.
Demikian halnya di Banda Aceh, 33 ribu lebih murid SD dan siswa SMP juga tidak bisa belajar di sekolah sejak Maret akibat virus yang menyerang sistem pernafasan manusia itu.
Sistem belajar daring pun dijalankan demi keberlangsungan proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Ada beberapa aplikasi yang digunakan Dinas Pendidikan (Disdik), seperti zoom, e -Belajar, Google Classroom, WhatsApp dan aplikasi lainnya.
Sistem ini telah berjalan baik dan dalam perjalanannya juga memiliki sejumlah kendala.
Rabu (7/10/2020) di Pendopo, Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman bersama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh membahas Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang selama ini telah dijalankan selama pandemi Covid-19 dan juga kendala-kendala yang dihadapi.
“Alhamdulillah, meski di tengah pandemi sistem belajar daring kita berjalan dengan baik dan lancar. Hanya saja memang ada sejumlah kendala. Tentunya akan terus kita evaluasi untuk mencari solusinya,” kata Aminullah usai mendengar laporan dari Kepala Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, Saminan.
Dalam kesempatan ini, Wali Kota sangat detail membahas poin-poin kendala dan memberikan arahan-arahan untuk solusi pemecahannya dalam rangka meningatkan kualitas belajar daring.
Bahkan Aminulah meminta Disdikbud dan Kepala Bappeda, Weri yang juga ikut hadir untuk mengkaji kemungkinan memberikan bantuan HP Android dan kouta internet untuk murid atau siswa dari kalangan keluarga miskin.
Ia meminta Disdik mendata jumlah siswa SD dan SMP yang berasal dari keluarga miskin.
Menurutnya, tidak memiliki perangkat seperti HP dan kouta internet menjadi sebuah kendala dari sistem belajar online.
Karena tidak semua orang tua mampu membelikan HP untuk anaknya, apalagi dalam sebuah keluarga memiliki tiga hingga empat anak usia sekolah SD hingga SMP.
Lanjutnya, kalaupun nanti bantuan bisa dianggarkan lewat APBK, bantuan HP tersebut, sifatnya pinjam pakai.
“Kita tidak bisa prediksi kapan pandemi akan berakhir. Untuk antisipasi, mungkin bisa kita anggarkan bantuan untuk HP dan kouta internet di tahun depan,” kata Wali Kota.
Dalam kesempatan ini juga dibahas soal kesulitan para orang tua dalam mendampingi anak-anak belajar. Karena tidak semua orang tua selalu berada di rumah saat daring berlangsung. Kendala lain, tidak semua orang tua murid juga memahami cara menggunakan aplikasi.
Wali Kota mengarahkan agar Disdik meminta para guru meningkatkan pengawasan kepada peserta didik, pastikan mereka tetap berada di depan perangkat mengikuti daring hingga selesai meski tidak ada orang tua yang mendampingi.
Ia juga menyaranan agar Disdikbud menyiapkan konsep-konsep daring yang lebih kreatif agar siswa tidak jenuh mengikuti proses belajar jaran jauh. Meski tidak didampingi orang tua, siswa merasa senang mengikuti belajar online.
“Saat seperti ini kreatifitas guru sangat dibutuhkan agar proses belajar daring merasa menyenangkan bagi siswa,” pinta Wali Kota.
Rapat pembahasan belajar online ini juga dikuti Asisten Pemerintahan, Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Faisal S.STP, Ketua Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Banda Aceh, Salman Ishak, Sekretaris Disdikbud, Sulaiman dan para Kabid jajaran Dinas Pendidikan. (IA)